Klasika Lampung Gelar Nobar AFSYA: Menggugat Ketimpangan dan Krisis Ekologi

1 month ago 22
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Diskusi dan nonton bareng film dokumenter AFSYA : Membela Hutan Adat, yang diselenggarakan Kelompok Studi Kader (KLASIKA) Lampung | Foto : Eka Febriani / Lampung Geh

Lampung Geh, Bandar Lampung - Kelompok Studi Kader (Klasika) Lampung menggelar diskusi dan nonton bareng film dokumenter AFSYA: Membela Hutan Adat, di Rumah Ideologi Klasika, Bandar Lampung, Jumat (7/11) malam.

Kegiatan ini menjadi bagian dari Majelis Jum’at Klasika edisi November 2025 bertajuk “Bincang Komunitas: Tumbuh Bersama, Merawat Kemanusiaan.”

Film berdurasi hampir satu jam itu menyoroti perjuangan masyarakat adat Suku Afsya di Distrik Konda, Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat Daya, mempertahankan hutan dan wilayah adat mereka dari ekspansi perkebunan sawit.

Bagi masyarakat Afsya, hutan bukan sekadar hamparan pohon, tapi ruang hidup: tempat mencari pangan, obat, hingga sumber identitas kultural dan spiritual.

Direktur Klasika, Ahmad Mufid menjelaskan, bahwa film AFSYA menyoroti perjuangan masyarakat adat Suku Afsya di Distrik Konda, Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat Daya, dalam mempertahankan hutan dan tanah leluhur dari tekanan investasi perkebunan sawit.

“Film ini bukan sekadar dokumenter lingkungan, tapi seruan moral agar pembangunan tidak menyingkirkan hak dan martabat masyarakat adat,” ujar Mufid.

Ia menilai, AFSYA berhasil menggugah kesadaran publik terhadap persoalan struktural yang dihadapi masyarakat adat.

“AFSYA bukan hanya soal deforestasi, tapi tentang ketimpangan kuasa, tentang bagaimana hukum sering kali lambat melindungi yang lemah, sementara investasi bergerak cepat menguasai ruang hidup mereka,” jelasnya.

Menurut Mufid, perjuangan masyarakat Afsya menjadi simbol perlawanan terhadap sistem ekonomi yang menempatkan alam sebagai komoditas, bukan ruang kehidupan.

Ia juga menegaskan, kondisi tersebut mencerminkan kegagalan sistemik negara dalam memprioritaskan hak hidup komunitas dibandingkan keuntungan segelintir korporasi.

“Masyarakat adat adalah benteng terakhir bagi ekosistem penting di Papua. Jika hutan mereka hilang, dampaknya bukan hanya bagi Papua, tapi seluruh dunia akan menanggung beban krisis iklimnya,” tegas Mufid.

Dalam sesi diskusi, Ridal, salah satu peserta menyampaikan, pandangannya bahwa hutan harus dilihat lebih luas dari sekadar sumber ekonomi.

“Hutan bukan hanya sumber kehidupan, tapi juga sumber peradaban. Di sanalah manusia belajar tentang keseimbangan, tentang bagaimana hidup tidak mengambil lebih dari yang dibutuhkan,” kata Ridal.

Sementara itu, Wulan, peserta lain menilai, perjuangan masyarakat adat di Papua mencerminkan bentuk penjajahan baru yang dilakukan oleh negaranya sendiri.

“Papua dijajah bukan oleh bangsa lain, tapi oleh negaranya sendiri. Ketika negara membiarkan tanah dan hutan diambil alih korporasi, itu artinya negara menutup mata terhadap penderitaan rakyatnya,” ujarnya.

Basofi, mahasiswa UIN Raden Intan Lampung, menyoroti ketiadaan regulasi khusus yang secara tegas melindungi hak masyarakat adat.

“RUU tentang Masyarakat Hukum Adat sudah masuk prolegnas sejak 2011, tapi hingga kini belum juga disahkan. Padahal ini sangat mendesak untuk memberi jaminan hukum bagi masyarakat adat,” ujarnya.

Read Entire Article