Jakarta (ANTARA) - Perusahaan pembiayaan infrastruktur PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) mendorong peningkatan pembangunan infrastruktur melalui penerbitan obligasi berkelanjutan di tengah berbagai tantangan dalam pengembangan sektor pembiayaan hijau itu.
Chief Financial Officer IIF Eri Wibowo dalam keterangan diterima di Jakarta, Rabu, mengungkapkan pembiayaan berkelanjutan di Indonesia menghadapi sejumlah tantangan, yakni dari masih sedikitnya proyek infrastruktur hijau di Indonesia, hingga insentif khusus yang dirasakan langsung penerbit obligasi.
Dalam Orange Forum 2025 yang digelar Impact Investment Exchange dan Bursa Efek Indonesia (IDX), Eri Wibowo menyampaikan bahwa sebagai katalis pembangunan infrastruktur berkelanjutan, IIF telah membangun rekam jejak kuat dalam penerbitan obligasi berkelanjutan.
Pada November 2025, IIF menuntaskan penawaran umum berkelanjutan (PUB) 2023 dengan penerbitan obligasi Rp1,5 triliun yang mendapat oversubscription lebih dari 6 kali.
"Penerbitan ini mendapat sambutan yang baik, tercermin dari tingkat oversubscription lebih dari 6 kali," ujarnya lagi.
Pada 2023, IIF juga menerbitkan Green Perpetual Notes senilai Rp335,19 miliar, yang kemudian dicatat di Bursa Efek Indonesia.
“Ini menjadi strategi IIF untuk memperkuat struktur modal sambil tetap menyalurkan dana ke proyek ramah lingkungan yang berdasarkan prinsip Kegiatan Usaha Berwawasan Lingkungan (KUBL),” ujar dia.
Pada 2021, IIF juga menerbitkan obligasi berkelanjutan yang ditujukan untuk membiayai dan membiayai kembali proyek-proyek di bidang energi terbarukan, efisiensi energi, pencegahan dan pengendalian polusi, transportasi ramah lingkungan, pengelolaan air dan air limbah yang berkelanjutan,
Kemudian untuk pembiayaan proyek adaptasi perubahan iklim, bangunan hijau, infrastruktur dasar yang terjangkau, akses terhadap layanan esensial, perumahan terjangkau, serta ketahanan pangan dan sistem pangan berkelanjutan.
Partisipasi aktif di forum internasional seperti Orange Forum 2025, kata Eri, semakin menguatkan posisi IIF sebagai pemain penting dalam ekosistem pembiayaan berkelanjutan.
Adapun lembaga keuangan yang dibentuk pada 2010 atas inisiasi pemerintah dan lembaga keuangan internasional ini pada kuartal III 2025 telah mengantongi laba sebelum pajak mencapai Rp175 miliar, atau meningkat sebesar 34 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Adapun laba bersih IIF di kuartal III 2025 mencapai Rp124 miliar, meningkat sebesar 28 persen (yoy). Tiga sektor terbesar yang dibiayai IIF hingga saat ini antara lain energi terbarukan, infrastruktur digital dan fasilitas pengolahan air, mewakili sekitar 55 persen dari pinjaman yang diberikan oleh IIF. Sektor lain yang dibiayai termasuk jalan tol, bandara, rumah sakit dan pelabuhan.
Baca juga: Laba sebelum pajak IIF tumbuh 34 persen capai Rp175 miliar per Q3 2025
Baca juga: IIF tuntas terbitkan obligasi Rp1,5 triliun, dukung pembangunan infrastruktur
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.






































