Jakarta (ANTARA) - Olahraga dikenal sebagai bagian penting dari gaya hidup sehat, termasuk untuk menjaga kebugaran dan keseimbangan hormon pada pria. Namun, tidak semua jenis olahraga memberikan dampak positif bagi kesehatan reproduksi jika dilakukan secara berlebihan atau tanpa memperhatikan aturan yang tepat.
Beberapa aktivitas fisik justru dapat mempengaruhi kualitas sperma dan kesuburan pria apabila intensitas, durasi, atau tekniknya tidak sesuai. Oleh karena itu, penting bagi pria untuk mengenali jenis olahraga yang berpotensi menurunkan kesuburan agar dapat berolahraga dengan aman dan tetap menjaga kesehatan reproduksi dalam jangka panjang.
Jenis olahraga yang mempengaruhi kesuburan pria menurun
Berikut ini beberapa jenis olahraga yang sebaiknya dibatasi. Bukan berarti olahraga tersebut tidak menyehatkan, namun jika dilakukan secara berlebihan atau tanpa pengaturan yang tepat, aktivitas fisik ini berpotensi mempengaruhi penurunan kesuburan pria.
1. Bersepeda
Bersepeda menjadi salah satu aktivitas yang kerap dikaitkan dengan gangguan kesuburan pria. Hal ini berkaitan dengan tekanan mekanis akibat duduk terlalu lama di atas sadel, peningkatan suhu di area organ reproduksi, penggunaan pakaian ketat, serta kemungkinan gangguan hormon seperti hipogonadisme.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa bersepeda berhubungan dengan perubahan bentuk sperma yang tidak normal serta penurunan pergerakan sperma. Beberapa studi menemukan bahwa pria yang bersepeda selama lima jam atau lebih per minggu mengalami penurunan konsentrasi dan motilitas sperma.
2. Berlari dengan intensitas tinggi
Aktivitas lari juga dapat mempengaruhi kualitas semen, terutama bila dilakukan dengan jarak dan intensitas yang tinggi. Hal ini diduga berkaitan dengan gangguan keseimbangan hormon testosteron, respons stres tubuh, peningkatan stres oksidatif, serta kenaikan suhu skrotum.
Penelitian menunjukkan bahwa pria yang rutin berlari dengan jarak sangat jauh dalam jangka panjang mengalami penurunan konsentrasi, pergerakan, dan bentuk sperma yang normal. Sebaliknya, lari dengan jarak sedang cenderung tidak memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap kualitas sperma.
3. Mendaki gunung
Aktivitas mendaki gunung juga perlu diperhatikan dari sisi kesuburan pria. Lingkungan dengan kadar oksigen rendah di ketinggian dapat mempengaruhi proses pematangan sperma, fungsi epididimis, serta keseimbangan hormon reproduksi.
Ketinggian di atas 2.000 meter diketahui dapat menurunkan motilitas sperma, konsentrasi sperma, serta jumlah sperma dengan bentuk normal. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan dampak ini, terutama bagi pria yang sedang merencanakan kehamilan.
4. Angkat beban berlebihan (overtraining)
Latihan angkat beban dengan intensitas terlalu tinggi atau frekuensi berlebihan dapat meningkatkan produksi hormon kortisol, yaitu hormon stres yang berpotensi menekan kadar testosteron. Padahal, testosteron berperan penting dalam proses pembentukan sperma.
Selain itu, overtraining juga dapat menyebabkan kelelahan fisik, penurunan gairah seksual, serta gangguan hormonal. Untuk menjaga keseimbangan, latihan beban sebaiknya dilakukan dua hingga tiga kali per minggu dengan beban sedang dan jumlah repetisi yang wajar.
5. Lari jarak jauh atau maraton
Lari jarak jauh yang dilakukan secara rutin, terutama dengan jarak lebih dari 10 kilometer per sesi, dapat memicu stres fisik berkepanjangan. Kondisi ini berisiko menyebabkan penurunan hormon seksual pria dan mengganggu fungsi reproduksi.
Olahraga ekstrem seperti maraton juga dikaitkan dengan kondisi hipogonadisme akibat olahraga, di mana tubuh memproduksi testosteron dalam jumlah lebih rendah karena berada dalam kondisi stres tinggi. Jika Anda gemar berlari, disarankan memilih lari dengan intensitas ringan hingga sedang dan durasi tidak lebih dari 45 menit.
6. Sauna atau olahraga di lingkungan bersuhu tinggi
Produksi sperma sangat sensitif terhadap suhu. Paparan panas berlebih, seperti sauna, hot yoga, atau olahraga di ruangan tertutup dengan sirkulasi udara buruk, dapat meningkatkan suhu testis dan mengganggu proses pembentukan sperma.
Testis bekerja optimal pada suhu yang sedikit lebih rendah dibandingkan suhu tubuh. Paparan panas yang berlebihan dapat menurunkan pergerakan dan bentuk sperma. Karena itu, aktivitas ini sebaiknya dihindari, terutama saat menjalani program kehamilan.
7. Olahraga dengan kontak fisik atau ekstrem
Olahraga seperti sepak bola, bela diri, basket, dan rugby memiliki risiko benturan langsung pada area panggul atau testis. Cedera di area ini dapat memicu peradangan, gangguan aliran darah, hingga menurunkan produksi sperma.
Trauma pada skrotum juga berpotensi menyebabkan pembentukan jaringan parut yang mempengaruhi suhu dan fungsi testis. Jika Anda tetap ingin melakukan olahraga jenis ini, gunakan pelindung genital dan hindari latihan saat mengalami nyeri atau cedera.
Baca juga: Tips gaya hidup sehat yang berpengaruh pada kualitas sperma pria
Baca juga: Mengenal ciri sperma sehat untuk mendukung program kehamilan
Baca juga: Kesuburan pria bisa menurun, ini hal-hal yang bisa pemicu utamanya
Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

2 days ago
6






































