Jakarta (ANTARA) - Penelitian baru-baru ini mengungkap soal frekuensi berkedip seseorang dan kaitannya dengan atensi dalam mendengarkan atau menyimak suatu percakapan.
Penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti di Kanada itu menemukan bahwa seseorang cenderung berkedip lebih sedikit ketika menyimak seseorang berbicara, terlebih ketika sedang ada suara bising di sekitarnya.
"Kami ingin mengetahui apakah kebiasaan berkedip dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan bagaimana kaitannya dengan fungsi eksekutif otak. Misalnya, apakah seseorang secara strategis mengatur waktu berkedip agar tidak melewatkan apa yang sedang diucapkan?” kata peneliti psikologi dari Concordia University di Kanada, Pénélope Coupal, dilansir Science Alert.
Temuan yang dipublikasikan di jurnal Trends in Hearing tersebut diperoleh setelah tim peneliti melakukan percobaan yang melibatkan 49 peserta. Para peneliti lantas menghitung jumlah kedipan saat para peserta mendengarkan kalimat yang dibacakan.
Dalam percobaan tersebut, para peneliti mengatur dua faktor utama yang dapat membuat peserta lebih sulit atau lebih mudah mendengar, yakni kondisi pencahayaan dan suara kebisingan latar.
Hasilnya, jumlah kedipan mata seluruh peserta penelitian menurun secara nyata dan konsisten ketika kalimat dibacakan dengan lantang, dibandingkan sebelum dan sesudah percobaan.
Kedipan mata para peserta penelitian pun berkurang lebih jauh lagi ketika di lingkungan dengan tingkat suara kebisingan latar yang lebih tinggi.
Menariknya, ketika percobaan dilakukan dengan kondisi pencahayaan ruangan disesuaikan baik terang maupun gelap, tidak ada perubahan signifikan jumlah kedipan mata seseorang dibandingkan sebelum dan sesudah percobaan.
Hal itu menunjukkan bahwa berkurangnya kedipan mata lebih dipengaruhi oleh usaha otak untuk memahami ucapan, bukan oleh kelelahan mata karena faktor pencahayaan.
“Kita tidak hanya berkedip secara acak. Faktanya, kita cenderung berkedip lebih sedikit ketika informasi penting sedang disampaikan," kata Pénélope Coupal.
Meski tidak secara khusus meneliti alasan di balik proses berpikir dan kebiasaan berkedip seseorang saling berkaitan, para peneliti menduga otak mungkin menurunkan jumlah berkedip agar gangguan terhadap informasi visual yang masuk ke mata dapat dikurangi.
“Penelitian kami menunjukkan bahwa berkedip berkaitan dengan hilangnya informasi, baik visual maupun suara. Karena itulah, kami menduga manusia secara tidak sadar menahan kedipan mata ketika informasi penting sedang disampaikan," kata salah seorang peneliti lainnya dari Concordia University, Mickael Deroche.
Ada juga penelitian yang menunjukkan bahwa kedipan mata berfungsi seperti jeda singkat bagi otak saat memproses kalimat tertulis atau merespons rangsangan emosional. Untuk itu, kedipan mata yang lebih jarang bisa menjadi tanda bahwa otak sedang fokus memperhatikan percakapan.
Baca juga: Riasan mata bisa jadi penyebab tersembunyi masalah kesehatan mata
Baca juga: Buku cerpen "Mata Harumi" refleksikan masalah perempuan untuk pembaca
Baca juga: Masalah mata kering bisa dipicu hormon selama menopause
Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

1 day ago
4






































