Helikopter Baharkam Polri melakukan manuver hover rendah saat mengirim bantuan logistik ke Aceh Tamiang. Sebab, tak ada pendaratan aman bagi helikopter karena akses darat terputus dan sebagian besar area masih tergenang.
Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Sandi Nugroho, menyebut kondisi di lapangan membuat proses dropping logistik hanya bisa dilakukan dengan risiko tinggi.
“Tidak ada tempat aman untuk melakukan droping bantuan. Seluruh area tergenang, lahan kosong berubah menjadi arus deras, dan titik-titik evakuasi tak lagi dapat dijangkau,” kata Sandi dalam keterangannya, Sabtu (6/12).
Helikopter Poludara Baharkam Polri diterbangkan dengan empat personel: AKBP Dian Didik Arvianto sebagai pilot, IPTU Vidya H. Mangundjaya sebagai copilot, serta Aipda Sanioko dan Bripka Kukuh Wahyu sebagai awak pendukung. Dalam kondisi angin kencang dan jarak pandang terbatas, keputusan manuver harus diambil cepat.
“Dalam kondisi itu, pilot Kepolisian Udara harus mengambil keputusan cepat. Di tengah hembusan angin kencang dan jarak pandang terbatas, ia memilih satu-satunya titik yang memungkinkan—sebuah lokasi sempit yang sebenarnya sangat berisiko, namun menjadi harapan terakhir bagi warga yang menunggu pertolongan,” jelas Sandi.
Saat helikopter berhasil menahan posisi pada ketinggian rendah, warga langsung menghampiri untuk menerima paket bantuan yang dijatuhkan oleh awak udara. Bantuan selanjutnya akan disalurkan bertahap menyesuaikan kondisi cuaca dan medan.
“Dengan manuver presisi, helikopter ditahan pada ketinggian rendah. Awak udara bersiaga, memastikan paket-paket bantuan jatuh tepat sasaran tanpa membahayakan warga. Keputusan ini bukan tanpa bahaya,” ujarnya.

19 hours ago
2







































