Aroma kopi menyeruak lembut dari balik pintu kaca berbingkai hitam di Jalan Wijaya I, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu sore (25/10). Di dalam ruangan bernuansa klasik itu, lantunan musik instrumen mengalun pelan, berpadu dengan cahaya lampu kuning yang menenangkan.
Kursi rotan, meja kayu, dan dinding berhias lukisan penuh warna menciptakan suasana yang hangat. Bukan hanya untuk menyeruput kopi, tapi juga untuk belajar tentang makna kesetaraan.
Tempat itu bernama Kopi Kamu, sebuah kedai yang sejak 2023 menjalin kolaborasi dengan Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome (Potads).
Di balik meja kasir dan mesin espresso, berdiri para barista istimewa: Anak-anak muda penyandang down syndrome yang kini tengah menyiapkan minuman dengan penuh semangat.
Saat kumparan datang, suasana tampak tenang. Dua barista penyandang down syndrome tengah bekerja di balik meja kopi. Mereka adalah Alim dan Bagas, yang dengan cekatan mengantar pesanan dan menyambut pengunjung dengan senyum hangat.
Alim menjadi sosok pertama yang menyapa. Dengan ramah, ia memperkenalkan namanya sambil mengacungkan jempol, “(Namaku) Alim,” ucapnya singkat setelah mengantar dan meletakkan segelas kopi yang dipesan kumparan.
Bergantian dengan Bagas yang juga kerap bolak-balik mengantarkan pesanan. Keduanya bekerja dengan ritme tenang, namun jelas tampak kebanggaan dalam setiap gerak mereka.
Para barista down syndrome di Kopi Kamu, bekerja setiap hari dari pukul 11.00 hingga 17.00. Dalam satu sif, dua hingga empat barista bergantian meracik kopi dan melayani pelanggan.
Saat ini, ada 10 barista down syndrome dengan usia 17 hingga 26 tahun yang menjadi bagian dari Kopi Kamu. Semuanya telah dibekali pelatihan barista melalui kelas khusus Rumah Ceria Down Syndrome (RCDS).
Tak lama, Alim menutup sifnya. Ia berpamitan sambil melambaikan tangan ke arah pengunjung, “Duluan ya,” katanya ceria sebelum pulang bersama ibundanya. Momen sederhana itu menghadirkan senyum bagi siapa pun yang melihatnya.
Di sudut ruangan, dua papan terpajang, bertuliskan kalimat warna-warni semangat untuk anak-anak down syndrome.
Tak jauh dari sana, lukisan-lukisan karya penyandang down syndrome juga menghiasi dinding. Beberapa di antaranya sudah terjual, menjadi bukti bahwa apresiasi datang dalam berbagai bentuk, bukan hanya kata.

14 hours ago
7





































