Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Kamis di Jakarta bergerak melemah 2 poin atau 0,01 persen menjadi Rp16.630 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.628 per dolar AS.
Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede menganggap nilai tukar rupiah masih dipengaruhi sikap kehatian-hatian para investor menjelang pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pekan depan.
"Investor tetap berhati-hati menjelang rilis data ekonomi AS dan pertemuan FOMC minggu depan," ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
Dia memperkirakan kurs rupiah akan diperdagangkan berkisar Rp16.550-Rp16.650 per dolar AS, didukung pelemahan permintaan dolar AS menyusul data pasar tenaga kerja AS yang melemah.
Salah satu indikator pasar tenaga kerja, laporan ketenagakerjaan Automatic Data Processing (ADP), menunjukkan kontraksi 32 ribu pekerjaan pada November 2025, jauh di bawah ekspektasi 10 ribu dan turun dari 47 ribu pada bulan sebelumnya. Ini menandai penurunan paling tajam sejak Maret 2023.
Sementara itu, sinyal dari sektor jasa beragam, seperti S&P Global US Services PMI turun menjadi 54,1 pada November 2025 dari 55,0, sementara ISM Services Index naik tipis menjadi 52,6 dari 52,4.
"Secara kolektif, data tersebut menunjukkan pelemahan lebih lanjut dalam ekonomi AS, meningkatkan ekspektasi pasar untuk penurunan suku bunga Fed pada Desember 2025 menjadi sekitar 89 persen, naik dari 83 persen sebelumnya," ungkap Josua.
Baca juga: Rupiah pada Kamis pagi melemah jadi Rp16.630 per dolar AS
Baca juga: Analis anggap kurs rupiah cenderung stabil kendati melemah tipis
Baca juga: Rupiah berpotensi menguat seiring arus masuk asing ke pasar saham RI
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.







































