Tim ilmuwan dari Universitas Sains dan Teknologi Nasional Seoul, Korea Selatan, yang dipimpin oleh Profesor Joon-Goo Lee, menemukan senyawa penyebab kanker yang ada di makanan sehari-hari, yang disebut Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH) atau hidrokarbon aromatik polisiklik.
Senyawa beracun ini dapat masuk ke dalam makanan kita melalui polusi lingkungan atau selama metode memasak seperti memanggang, menggoreng, mengasapi, dan membakar. Beberapa PAH diketahui dapat meningkatkan risiko kanker, sehingga penting untuk mendeteksinya secara akurat dalam makanan yang kita konsumsi.
Para peneliti menggunakan teknik terbaru untuk ekstraksi fase padat dan cair untuk menemukan PAH. Teknik ini disebut QuEChERS, singkatan dari Quick, Easy, Cheap, Effective, Rugged, and Safe (Cepat, Mudah, Murah, Efektif, Tangguh, dan Aman). Metode ini mempercepat pengujian makanan, meningkatkan akurasi, dan mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya. Tim peneliti menemukan 8 jenis PAH dalam makanan sehari-hari.
Mereka menguji berbagai jenis makanan dan memastikan bahwa metode QuEChERS memberikan hasil yang konsisten dan andal. Temuan mereka menunjukkan hasil kalibrasi yang sangat baik untuk kedelapan PAH, dengan tingkat deteksi serendah 0,006 µg/kg.
Dengan cara ini, zat PAH yang berhasil diidentifikasi sangat tinggi, antara 86% sampai 110%, tergantung pada tingkat konsentrasi. Presisi hasil ini juga tinggi, menunjukkan bahwa metode ini akurat dan dapat diandalkan.
“Metode ini tidak hanya menyederhanakan proses pengujian tetapi juga bekerja secara efisien pada berbagai jenis makanan. Ini merupakan langkah maju yang besar dibandingkan teknik-teknik sebelumnya," kata Profesor Lee.
Metode ini dapat membantu perusahaan makanan menguji zat beracun secara lebih efisien, meningkatkan pemeriksaan keamanan, mengurangi biaya, dan bahkan membuat tempat kerja lebih aman bagi pekerja laboratorium. Metode ini juga mendukung keberlanjutan lingkungan dengan mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya.
Teknik baru ini menunjukkan harapan dalam menjaga makanan kita lebih aman sekaligus mendukung pengujian laboratorium yang lebih bersih, lebih cepat, dan lebih terjangkau.
Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Food Science and Biotechnology di Springer Nature.

8 hours ago
5







































