Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi peningkatan curah hujan pada periode Minggu kedua Desember hingga awal tahun baru. Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani menyampaikan hal itu dalam rapat bersama Komisi V DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (8/12).
“Pada periode Desember hingga Januari, curah hujan tinggi hingga sangat tinggi, sekitar 300 sampai 500 mm/bulan, diperkirakan terjadi di Jawa, Bali, Nusa Tenggara, sebagian Sulawesi Selatan, dan Papua Selatan. Sedangkan Kalimantan ini sebagian besar wilayahnya memiliki musim hujan sepanjang tahun,” ucap Faisal.
Ia mengatakan puncak musim hujan akan berbeda di tiap wilayah.
“Perlu kami sampaikan pimpinan bahwa untuk puncak musim hujan, itu wilayah Lampung, Bengkulu, kemudian Jawa, Bali, Nusa Tenggara itu adalah di bulan Januari hingga Februari,” ucap Faisal.
“Sedangkan puncak musim hujan untuk sebagian besar Sumatera, kecuali Bengkulu dan Lampung adalah pada bulan Desember ini,” tambahnya.
Faisal menjelaskan sejumlah fenomena atmosfer akan aktif pada periode Nataru sehingga meningkatkan potensi hujan lebat.
“Kemudian terkait dengan dinamika atmosfer di Indonesia pada periode Nataru ini, ada beberapa fenomena atmosfer yang aktif, yaitu dimulai dari Monsun Asia, Madden Julian Oscillation (MJO), kemudian gelombang atmosfer, dan adanya potensi bibit siklon atau siklon tropis, terutama nanti dominannya di bagian selatan wilayah Indonesia, La Nina lemah, dan IOD (Indian Ocean Dipole) negatif,” jelas Faisal.
“Potensinya, hal tersebut di atas, dinamika tersebut dapat meningkatkan potensi intensitas curah hujan, utamanya pada minggu kedua Desember 2025 hingga minggu pertama Januari 2026,” sambungnya.
Ia juga menyoroti pengaruh gelombang atmosfer terhadap pembentukan awan hujan.
“Berikut secara sekilas kami sampaikan aktifnya Gelombang Rossby dan Kelvin yang meningkatkan pertumbuhan awan hujan di Sumatera bagian Selatan, Jawa, dan Papua, serta MJO yang meningkatkan potensi hujan intensitas tinggi hingga sangat tinggi terutama Jawa, Kalimantan, dan sebagian Sulawesi, Papua,” jelas Faisal.
BMKG mencatat saat ini terdapat dua bibit siklon yang dapat memperkuat hujan di sejumlah wilayah.
“Di sebelah kanan kita dapat melihat ada dua bibit siklon yang saat ini aktif di sekitar Indonesia. Yang pertama 93W di Laut Filipina, dalam 3 sampai 4 hari ke depan ini cenderung melemah dan harapan kita agar tidak terlalu banyak memengaruhi kondisi cuaca di Indonesia,” ucap Faisal.
“Selanjutnya di bagian selatan, ada bibit siklon 91S di Samudra Hindia Barat Sumatera. Sirkulasi siklonik ini juga terjadi di Barat Aceh dan juga di Barat Lampung, Kalimantan Barat, dan Laut Arafuru,” tambahnya.
“Potensi meningkatkan pertumbuhan awan hujan dan intensitas hujan di sekitar wilayah tersebut,” lanjut dia.
Menurutnya, Indonesia saat ini berada dalam masa transisi pembentukan siklon di utara dan selatan ekuator.
“Secara prinsip, bahwa di bulan November hingga April, itu untuk bibit siklon secara dominan tumbuh di bagian selatan dari Khatulistiwa, sedangkan untuk pada bulan Juni hingga nanti November itu dominannya di bagian selatan,” jelas Faisal.
“Akan tetapi kita berada di sekitar bulan November dan awal Desember, sehingga terjadi transisi, sehingga bibit siklon terjadi di utara dan selatan wilayah Indonesia,” tambahnya.

3 days ago
4






























