Prilly Latuconsina menyampaikan rasa bangganya kepada sang kekasih, Omara Esteghlal. Rasa bangga ini terkait Omara yang berhasil meraih empat penghargaan untuk semua karakter yang ia perankan.
"Penghargaan JAFF Indonesian Screen Awards ini menjadi penutup tahun yang benar-benar manis," tulis Prilly dalam unggahan di akun Instagramnya.
Prilly Latuconsina memuji penampilan Omara Esteghlal dalam setiap karakter yang ia perankan. "Aku bangga sekali sama pacarku! Cara dia membawakan setiap karakter selalu keren dan totalitas. Aku selalu terpukau setiap kali nonton filmnya. Nge-fans!" tulisnya.
Prilly Latuconsina soal Omara Esteghlal Raih Penghargaan
Menurut Prilly Latuconsina, Omara Esteghlal memang pantas untuk meraih berbagai penghargaan yang telah diterimanya. Artis berusia 29 tahun itu mengungkapkan bahwa dirinya menunggu karya-karya terbaru Omara.
"Kamu memang pantas mendapatkan semua ini, savana. Dan aku akan selalu menjadi fans nomor satu kamu, yang setia menunggu dan mendukung setiap karya-karya kamu selanjutnya," tulis Prilly.
Omara sebelumnya meraih Piala Citra di Festival Film Indonesia (FFI) 2025 untuk kategori Pemeran Pendukung Pria Terbaik. Ia memperoleh penghargaan ini berkat perannya dalam film Pengepungan di Bukit Duri.
Selain itu, Omara memperoleh kemenangan sebagai Aktor Utama Terbaik-Genre Film Komedi di Festival Film Wartawan Indonesia 2025.
Film Tinggal Meninggal disutradarai oleh Kristo Immanuel. Diproduksi Imajinari, film ini meraih 5 piala di JAFF Indonesian Screen Award. Salah satunya adalah film terbaik. Prilly mengucapkan selama kepada Kristo.
"Selamat juga buat Kristo!! Keren sekali Tinggal Meninggal borong penghargaan malam ini. BANGGA!" tulis Prilly.
Selain Omara Esteghlal, film Tinggal Meninggal juga dibintangi oleh Nirina Zubir, Mawar de Jongh, Mario Caesar, Ardit Erwanda, Muhadkly Acho, Nada Novia, dan Shindy Huang.
Film Tinggal Meninggal menceritakan tentang Gema (Omara Esteghlal), seorang pemuda canggung yang terkejut ketika mendapat perhatian hangat dari teman-teman kantornya ketika ayahnya meninggal dunia.
Namun, saat kehangatan itu menghilang, ia mulai bertanya: “Siapa lagi yang harus meninggal?”. Dari pertanyaan itulah lahir rangkaian kebohongan yang memicu kekacauan, membawa penonton pada tawa, keharuan, sekaligus refleksi.

11 hours ago
2







































