Jakarta (ANTARA) - Perubahan iklim dapat memicu ketakutan ekologis (eco-fear) yang menjadi penyebab meningkatnya penyalahgunaan narkoba dan risiko masalah kesehatan mental, menurut laporan dari Badan Keamanan Kesehatan Inggris (United Kingdom Health Security Agency/UKHSA).
Ketakutan ekologis dapat menyebabkan penyalahgunaan narkoba karena orang mencoba mengelola emosi mereka terkait perubahan iklim dengan menggunakan zat terlarang tersebut, dilansir Daily Mail.
Ketakutan ekologis juga berkaitan dengan kemarahan ekologis (eco-anger), dukacita ekologis (eco-grief), dan rasa bersalah ekologis (eco-guilt), yang semuanya meningkatnya risiko masalah kesehatan mental tertentu seperti depresi, kecemasan, hingga post-traumatic stress disorder (PTSD).
Bahkan menurut laporan tersebut, kekhawatiran terhadap perubahan iklim juga memiliki kaitan dengan meningkatnya risiko orang bunuh diri. Sementara itu, cuaca ekstrem disebut dapat meningkatkan risiko terjadinya perilaku kekerasan maupun kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Adapun peningkatan suhu lingkungan disebut dapat meningkatkan risiko bunuh diri yang lebih tinggi dan meningkatnya kunjungan ke rumah sakit untuk layanan kesehatan mental.
"Ada bukti yang cukup banyak yang menghubungkan kekhawatiran perubahan iklim dengan meningkatnya risiko depresi, kecemasan, PTSD, bunuh diri, penyalahgunaan zat dan perilaku kekerasan, serta berkurangnya kesejahteraan dan emosi terkait iklim yang sulit," bunyi laporan tersebut.
Laporan itu menyebut dampak tersebut dapat berlangsung lama, mulai dari hitungan bulan hingga puluhan tahun, bahkan membawa dampak khusus pada petani dan masyarakat agraris, yang semakin memperparah tantangan kesehatan mental yang sejatinya sudah ada.
Tidak hanya mereka yang terdampak langsung oleh perubahan iklim seperti korban kebakaran hutan, banjir, atau kekeringan, namun dampak tersebut akan berimbas pula kepada siapa pun yang menyadari bahwa perubahan iklim sedang terjadi.
Laporan itu menyatakan kesadaran atas perubahan iklim yang sedang terjadi dapat mengarah pada munculnya berbagai macam emosi, mulai dari kesedihan, ketakutan, dan kemarahan, hingga suasana hati yang buruk, panik, hingga rasa tidak berdaya.
Beragam emosi itu lah yang dapat meningkatkan risiko gangguan psikologis dan penyalahgunaan narkoba sehingga menyebabkan pula naiknya permintaan terhadap layanan perawatan kesehatan.
Di sisi lain, laporan tersebut menambahkan bahwa dampak tersebut juga dapat membawa perubahan positif dan mendorong keterlibatan publik dalam aksi iklim sebagai salah satu cara menumbuhkan rasa kendali dan kebersamaan yang dapat meringankan tekanan akibat perubahan iklim.
Baca juga: Daerah kepulauan berjuang keras menghadapi dampak perubahan iklim
Baca juga: Diplomasi ekologis dan pahlawan baru di era krisis iklim
Baca juga: Peneliti ungkap debu global kendalikan siklus karbon-perubahan iklim
Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

3 days ago
11






































