Jakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia mengalami inflasi tahunan sebesar 2,86 persen year-on-year (yoy) pada Oktober 2025, terutama akibat kenaikan harga emas.
“Secara year-on-year, pada Oktober 2025 terjadi inflasi sebesar 2,86 persen atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,01 pada Oktober 2024 menjadi 109,04 pada Oktober 2025,” ucap Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini di Jakarta, Senin.
Ia menyatakan, emas menjadi komoditas penyumbang utama inflasi tahunan pada Oktober 2025 dengan andil sebesar 0,68 persen, seiring dengan peningkatan harga emas global yang berdampak langsung terhadap pasar domestik.
Komoditas dengan andil inflasi terbesar lainnya adalah cabai merah (0,28 persen), beras (0,16 persen), tarif air minum PAM (0,14 persen), dan ikan segar (0,13 persen).
Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi tahunan terbesar disumbang oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang naik 4,99 persen yoy dengan andil inflasi 1,43 persen. Komoditas yang paling berpengaruh dalam kelompok tersebut ialah cabai merah, diikuti beras dan bawang merah.
Kelompok pengeluaran selanjutnya yang memberikan andil terbesar terhadap inflasi tahunan Oktober 2025 adalah kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang mengalami inflasi sebesar 11,87 yoy dan memberikan andil inflasi sebesar 0,77 persen.
Inflasi juga terjadi pada kelompok pengeluaran yang lain, seperti kesehatan (2,11 persen yoy); perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga (1,59 persen yoy); pendidikan (1,26 persen yoy); hingga transportasi (0,48 persen yoy).
Meskipun sebagian besar kelompok pengeluaran mengalami inflasi, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan masih mencatatkan deflasi sebesar 0,25 persen dengan andil minus 0,01 persen terhadap inflasi tahunan Oktober 2025.
Sementara menurut komponen, Pudji menyatakan seluruh komponen mengalami inflasi, baik komponen inti, komponen harga diatur pemerintah, maupun komponen harga bergejolak (volatile food), dengan inflasi tertinggi tercatat pada komponen harga bergejolak.
Ia menuturkan komponen inti tercatat mengalami inflasi tahunan 2,36 persen dengan kontribusi terhadap inflasi umum sebesar 1,52 persen. Selain emas, komoditas seperti minyak goreng dan kopi bubuk juga turut memberikan tekanan harga pada kelompok komponen tersebut.
Sementara itu, komponen harga diatur pemerintah naik 1,45 persen dengan andil inflasi 0,29 persen, terutama dipicu oleh kenaikan tarif air minum (PAM) di 14 wilayah serta harga sigaret kretek mesin (SKM).
“Kemudian komponen harga bergejolak mengalami inflasi sebesar 6,59 persen dengan andil inflasi sebesar 1,05 persen dan komoditas yang memberikan andil inflasi adalah cabai merah, beras, bawang merah, dan daging ayam ras,” kata Pudji Ismartini.
Baca juga: Inflasi Jakarta Oktober 2025 capai 0,31 persen
Baca juga: Kunjungan wisman capai 11 juta orang, rata-rata pengeluaran Rp21 juta
Baca juga: Emas Antam Senin ini turun lagi Rp12.000 jadi Rp2,278 juta/gram
Pewarta: Uyu Septiyati Liman
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.







































