Sabit Wiramadi
Agama | 2025-12-12 15:35:48
Sumber: https://muhammadiyah.or.id/2024/05/makna-ukhuwah-islamiyah-dalam-tinjauan-bahasa/
Dalam Al Qur’an Surah Al Hujurat ayat 10 yang berbunyi:
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَࣖ ١٠
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati”. (QS: Al Hujurat ayat 10)
Disebutkan bahwa seluruh orang yang beriman kepada Allah SWT adalah saudara. Hal ini dapat dilihat dengan adanya kata ukhuwah dalam ayat tersebut. Kata ukhuwah sendiri berasal dari bahasa Arab, yang artinya adalah ikatan persaudaraan.
Itu artinya, Ukhuwah Islamiah adalah persaudaraan antar sesama umat Islam. Yakni, sebuah ikatan persaudaraan yang terikat oleh akidah atau keimanan tanpa membedakan suku, ras, dan golongan.
Ukhuwah Islamiah sendiri memiliki beberapa tahapan. Yaitu Ta'aruf, Tafahum, Taawun, dan Tafakul. Ta’aruf artinya ialah setiap muslim saling berkenalan antara satu sama lain. Kemudian, ada Tafahum, yang berarti setiap muslim saling memahami saudara sesama muslimnya, seperti dari segi sifat dan karakternya . Lalu, ada Ta’awun, yang artinya adalah setiap muslim saling membantu dan tolong-menolong dalam hal kebaikan serta karena Allah SWT. Dan yang terakhir adalah Tafakul, yakni setiap muslim saling melengkapi dan menjamin satu sama lain.
Ukhuwah Islamiah bukan hanya sekedar sebuah ikatan persaudaraan sesama muslim. Melainkan juga merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan Umat Islam. Ukhuwah Islamiah dapat membentuk karakter muslim yang memiliki rasa persaudaraan yang solid dengan berdasarkan kepada ajaran agama. Ukhuwah Islamiah juga dapat membentuk sebuah atmosfer lingkungan yang berlandaskan kepada nilai keislaman yang positif dan suportif dalam mengamalkan ajaran agama.
Karena itulah, Ukhuwah Islamiah memiliki hubungan yang erat dengan prestasi dan kontribusi kita sebagai seorang Muslim. Seperti landasan iman yang dijadikan sebagai dasar semangat untuk meraih prestasi dan berkontribusi untuk umat. Tujuannya adalah ukhrowi atau menuju ke akhirat, jadi bukan hanya mengejar dunia saja. Support system ala Ukhuwah Islamiah menjadi lingkungan yang kolaboratif untuk mengembangkan potensi diri. Kekuatan emosional dan spiritual kita membentuk mentalitas high achiever yang merupakan suatu hal yang penting untuk meraih prestasi.
Kemudian, dalam Ukhuwah Islamiah, motivasi internal seseorang yakni berupa sense of belonging and sense of purpose of umat. Yang artinya adalah perasaan seseorang untuk memiliki kepentingan agar dapat berkontribusi bagi umat, dan mempunyai tujuan untuk kepentingan dan kemajuan umat. Lalu pada akhirnya, orientasi atau tujuan semua ini adalah menuju ridho Allah SWT. Niat kita dalam meraih prestasi juga ialah sebagai bentuk ibadah dan kontribusi kita bagi umat dan orientasinya pada kebermanfaatan dan mencapai ridho Allah SWT.
Dalam sikap kita terhadap orang lain, kita melihat keberhasilan orang lain sebagai inspirasi dan peluang kolaborasi. Dalam Islam, terdapat istilah Fastabiqul Khoirot, yang artinya adalah berlomba-lombalah dalam kebaikan. Sebagaimana firman Allah SWT yang berbunyi:
وَلِكُلٍّ وِّجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيْهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يَأْتِ بِكُمُ اللّٰهُ جَمِيْعًاۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ١٤٨
“Bagi setiap umat ada kiblat yang dia menghadap ke arahnya. Maka, berlomba-lombalah kamu dalam berbagai kebajikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS: Al Baqarah ayat 148)
Dalam mencapai apa yang kita inginkan, kita memiliki etika saat menjalani proses. Yaitu dengan menjunjung tinggi kejujuran, keadilan, dan adab dalam belajar maupun bekerja. Kita juga harus menghasilkan dampak yang positif terhadap sekitar, seperti menularkan semangat positif, membangun budaya kolaboratif, dan saling tolong menolong satu sama lain.
Bukan kehidupan namanya bila tidak punya tantangan. Adapun tantangan dalam konsistensi kebaikan ini yaitu, pergeseran niat yang seringkali tidak konsisten dan penuh kebingungan, waktu yang tumpang tindih, lingkungan pergaulan yang toxic dan tidak sehat, kesehatan mental dan emosional yang dapat terganggu, kacaunya ekspektasi sosial, konsistensi dalam amal kebaikan yang penuh ujian, dan upaya yang berat untuk menyeimbangkan urusan dunia dan urusan dakwah yang membuat kita selalu larut dalam kebimbangan.
Begitulah hidup, selalu ada badai yang menerpa dan harus dihadapi dengan kesungguhan. Bila kita punya cita-cita atau impian, percayalah bahwa setiap cita-cita akan terwujud apabila diperkuat dengan Iman. Oleh karena itu, jadilah seorang muslim yang tahu mau dibawa kemana hidupnya, serta tahu apa peran dan prioritas yang perlu ia kerjakan agar hidupnya tidak menjadi sia-sia. Apapun peran yang kita ambil, pastikan ada kebermanfaatan yang bisa diberi. Jangan sampai kita hanya berdiam diri, sedangkan orang lain sudah jauh melangkah memberi arti.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

3 hours ago
3































