Lampung Geh, Pesisir Barat - Program pengolahan limbah organik yang diinisiasi Tim Mahasiswa Berdampak BEM Universitas Lampung mulai menunjukkan dampak nyata bagi masyarakat Kelurahan Pasar Krui, Kabupaten Pesisir Barat.
Program ini mengolah limbah pasar, rumah tangga, dan limbah ikan menjadi produk pertanian dan peternakan bernilai ekonomis.
Program bertajuk Transformasi Limbah Organik sebagai Inovasi Hijau untuk Pertanian, Perikanan, Peternakan, dan Ekonomi Desa berbasis SDGs ini dilakukan selama 23 hari melalui kolaborasi mahasiswa Universitas Lampung, Karang Taruna, kelompok nelayan, dan pemerintah kelurahan.
Setiap hari, wilayah Pasar Krui menghasilkan ratusan kilogram limbah organik. Sebelum program berjalan, sebagian besar limbah dibuang ke TPA, laut, dan perkebunan warga, menimbulkan bau menyengat dan pencemaran lingkungan.
Melalui penerapan teknologi Soluble Liquid (SL), limbah dapat diolah dalam waktu kurang dari 24 jam menjadi pupuk organik cair, kompos padat, dan pakan ternak fermentasi. Teknologi ini tidak memerlukan proses fermentasi panjang dan dapat diterapkan secara mandiri oleh masyarakat.
Tim pelaksana Mahasiswa Berdampak menjelaskan bahwa Pasar Krui dipilih sebagai lokasi program karena tercatat sebagai wilayah prioritas dalam RAN PPDT 2023 dan memiliki kebutuhan mendesak terkait pengelolaan limbah.
“Kelurahan Pasar Krui menghasilkan limbah organik tinggi dari aktivitas pasar dan perikanan, namun pengelolaannya masih terbatas. Potensi ekonominya belum pernah dimanfaatkan,” ujar anggota tim mahasiswa pelaksana.
Program ini juga menghadapi kendala pada tahap awal, salah satunya rendahnya minat masyarakat terhadap pengolahan limbah. Namun antusiasme meningkat setelah masyarakat melihat manfaat ekonomi dari produk yang dihasilkan.
Kolaborasi lintas elemen berperan besar dalam kesuksesan program. Karang Taruna menjadi penggerak bank sampah dan penyedia bahan baku sampah organik, nelayan menyuplai limbah ikan, sementara pemerintah kelurahan mendukung koordinasi dan penyediaan lokasi.
Hasil pelaksanaan program menghasilkan delapan produk dengan dua label: REBIO FERTILIZER UNILA (REFNILA) untuk bidang pertanian dan REBIO ANIMAL FEED (RAFNILA) untuk peternakan. Enam produk Refnila terdiri dari pupuk pembuahan, pertumbuhan, pembenah tanah, pembasmi hama, proteksi (herbisida & fungisida), serta herbal anti vibrio. Sementara dua produk Rafnila berupa pakan fermentasi Protim 1 dan Protim 2 untuk ternak ayam berbagai usia.
Tokoh Karang Taruna Pasar Krui, Rizal Anwar, menyebutkan bahwa program ini sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah.
“Sebelumnya masyarakat berpikir sampah hanya untuk dibuang. Sekarang mulai muncul kesadaran bahwa limbah bisa dipilah dan dimanfaatkan. Kami berterima kasih kepada BEM Universitas Lampung atas program ini,” kata Rizal.
Ke depan, muncul rencana pembentukan Unit Usaha Bersama (UUB) dan pengembangan pemasaran produk melalui e-commerce sebagai langkah menuju kemandirian ekonomi desa berbasis lingkungan.
Program ini turut mendukung empat tujuan SDGs, yaitu SDGs 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), SDGs 11 (Kota dan Permukiman Berkelanjutan), SDGs 12 (Konsumsi dan Produksi Bertanggung Jawab), dan SDGs 13 (Penanganan Perubahan Iklim).

13 hours ago
2






































