Lima ahli dari China didatangkan ke Aceh membawa perangkat canggih yang mampu melacak jenazah di bawah tumpukan lumpur.
Teknologi itu dikerahkan karena banyak korban banjir bandang masih diduga terkubur dan belum ditemukan hingga kini.
Kelima ahli tersebut telah bertemu Gubernur Aceh, Muzakir Manaf (Mualem), di Pendopo Gubernur Aceh.
“Mereka punya alat untuk mendeteksi mayat di dalam lumpur. Ini sangat membantu untuk percepatan pencarian,” kata Mualem, Sabtu (6/12).
Mualem menyebut kondisi di lapangan sangat berat. Sejumlah desa disebut hilang terseret banjir bandang. Tim juga menemukan kendaraan yang terjebak banjir dengan korban jiwa di dalamnya.
Pemerintah Aceh berharap kehadiran tim ahli dari China dan percepatan pembukaan akses dapat mempercepat pencarian korban dan penyaluran bantuan dalam beberapa hari ke depan.
Akses Menuju Desa Terputus
Akses menuju desa-desa terdampak masih banyak yang terputus oleh lumpur tebal dan longsor.
Kondisi ini membuat pasokan sembako menumpuk di posko karena distribusi tak bisa dilakukan.
“Pastikan semua bergerak cepat. Banyak sembako tertahan karena akses,” tegas Mualem.
Ia meminta BNPB mempercepat pengiriman tenda, pasokan air bersih, dan alat berat ke Aceh Tamiang, Aceh Utara, dan Aceh Timur.
Untuk diketahui, menurut data Posko Tanggap Darurat Bencana Aceh hingga Sabtu (6/12/2025) malam, dampak bencana hidrometeorologi meluas ke 18 kabupaten/kota dengan total 1.616.217 jiwa terdampak.
Sebanyak 366 orang meninggal dunia dan 97 orang masih hilang. Jumlah ini berpotensi bertambah karena sebagian wilayah belum bisa dijangkau tim.
Situasi pengungsian juga cukup besar. Ada 824 titik pengungsian yang menampung 887.706 jiwa.

12 hours ago
2







































