
Kapal induk bertenaga nuklir terbesar dan tertua milik Amerika Serikat, USS Nimitz (CVN-68) melintasi perairan Indonesia, tepatnya di Selat Malaka, pada 17 Juni 2025.
TNI Angkatan Laut menyatakan, tidak ada masalah kapal induk AS melintas perairan Indonesia karena berdasarkan aturan memang legal dan sesuai hukum internasional.
"USS Nimitz terpantau terakhir mengaktifkan AIS pada posisi TSS, tepatnya Utara Belawan, tiga hari yang lalu tanggal 17 Juni 2025. Sehingga berlaku hak lintas damai sesuai dengan UNCLOS 82 dan history track USS Nimitz terpantau mulai dari Laut Natuna Utara," kata Kadispenal Laksamana Pertama, Tanggul, dalam keterangannya Jumat (20/6).

Lalu, bagaimana kecanggihan USS Nimitz?
Dikutip dari berbagai sumber, USS Nimitz merupakan ikon kekuatan maritim Amerika. Kapal ini pertama kali dioperasikan pada 3 Mei 1975.
Kapal memiliki panjang lebih dari 332 meter dan berat 100.000 ton. Kapal ini mampu mengangkut hingga 90 pesawat tempur dan sekitar 5.000 lebih personel.
Persenjataannya juga lengkap, mulai dari rudal Sea Sparrow, sistem CIWS Phalanx, hingga radar dan pelindung elektronik mutakhir.
Sebagai kapal bertenaga nuklir, Nimitz digerakkan oleh dua reaktor nuklir Westinghouse A4W dan empat turbin uap dengan total tenaga 260.000 horse power, membuatnya mampu melaju lebih dari 30 knot.
Nimitz merupakan kapal induk AS tertua yang masih aktif berbagai operasi.

Eskalasi Iran-Israel
Saling serang Israel dan Iran belum juga reda. Keduanya bahkan meningkatkan eskalasi mereka dengan saling melepaskan rudal mereka ke berbagai titik.
Presiden AS Donald Trump memang belum memutuskan apakah akan terlibat langsung dalam membantu Israel menyerang Iran.
“Iran memiliki semua yang dibutuhkan untuk mencapai senjata nuklir. Yang mereka butuhkan hanyalah keputusan dari pemimpin tertinggi untuk melakukan itu, dan akan memakan waktu beberapa minggu untuk menyelesaikan produksi senjata itu," kata Leavitt.
Iran Bantah Produksi Senjata Nuklir
Iran sendiri berulang kali membantah memproduksi senjata nuklir. Mereka dalam berbagai pernyataan resmi menegaskan pengembangan nuklir di negaranya untuk tujuan damai bukan pembuatan senjata.
Adapun International Atomic Energy Agency (IAEA) yang merupakan badan pengawas nuklir global menyebut tidak ada bukti Iran sedang membangun senjata nuklir.