MANADO - Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) di bulan Juli 2025 alami inflasi 0,21 persen jika dilihat secara month to month (m-to-m). Tingkat inflasi ini masih lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,64 persen.
Sementara jika dilihat secara Year To Date atau tahun kalender, Inflasi terjadi 2,07 persen. Angka ini nyaris sama jika dilihat secara Year on Year atau perbandingan antara Juli 2025 dan Juli 2024, sebesar 2,04 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulut, Aidil Adha, dalam keterangannya, menyebut jika ada beberapa komoditas dominan yang mendorong terjadi inflasi dari kategori makanan maupun pendidikan.
Dijelaskan, beberapa komoditas pendorong tersebut adalah harga beras, harga bumbu dapur seperti daun bawang dan tomat, serta kenaikan biaya pendidikan, di mana bulan Juli bertepatan dengan kurikulum baru.
Menurut Aidil, Kota Kotamobagu menjadi daerah di Sulut dengan tingkat inflasi tertinggi yakni 0,85 persen disusul Kabupaten Minahasa Selatan yang mencapai 0,59 persen. Kota Manado tingkat inflasi 0,27 persen.
Sementara, Kabupaten Minahasa Utara menjadi satu-satunya daerah yang alami deflasi sebesar 0,59 persen.
"Untuk andil komoditas utama, harga beras menjadi pendorong terjadi inflasi. Sementara untuk penahan laju inflasi di Manado adalah angkutan udara, Kotamobagu adalah ikan cakalang, di Minahasa Selatan daging babi dan di Minahasa Utara adalah ikan deho," kata Aidil kembali.