REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- SMA Unggulan Rushd bekerja sama dengan platform asesmen digital Algobash menggelar ajang National Junior Science Technology Olympiad (JSTO) 2025, sebuah kompetisi sains dan teknologi tingkat nasional bagi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan sederajat dari seluruh Indonesia.
Pada penyelenggaraan perdananya, JSTO diikuti 3.767 peserta dari 1.904 sekolah yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Para peserta bersaing dalam tiga bidang utama, yakni Matematika, Sains, dan Informatika, dengan tingkat kesulitan soal yang merujuk pada standar Olimpiade Sains Nasional (OSN).
Kompetisi ini berlangsung dalam tiga tahap. Seleksi Regional telah digelar pada 6–7 Desember 2025, dilanjutkan dengan Seleksi Nasional pada 13–14 Desember 2025. Adapun Grand Final dijadwalkan berlangsung pada 4–5 Januari 2026 di kampus SMA Unggulan Rushd.
Antusiasme peserta datang dari berbagai penjuru Nusantara. Provinsi Jawa Barat tercatat sebagai daerah dengan jumlah peserta terbanyak, yakni 1.139 siswa, disusul Jawa Tengah sebanyak 606 siswa, Jawa Timur 560 siswa, DKI Jakarta 412 siswa, Banten 212 siswa, DI Yogyakarta 118 siswa, Sulawesi Selatan 98 siswa, Sulawesi Utara 87 siswa, Kepulauan Riau 80 siswa, dan Sumatera Utara 68 siswa. Selain memperebutkan gelar juara, peserta juga berkesempatan meraih beasiswa pendidikan dari SMA Unggulan Rushd dan hadiah uang tunai.
Salah satu pembeda JSTO 2025 dibanding kompetisi sejenis adalah masuknya kategori Informatika. Bidang ini menjadikan JSTO sebagai salah satu kompetisi nasional tingkat SMP pertama yang secara eksplisit menguji kemampuan computational thinking atau berpikir komputasional. Dari total peserta, 40,8 persen memilih Matematika, 39,2 persen Sains, dan 18,2 persen Informatika.
Head of Principal SMA Unggulan Rushd, Eko Sugiyanto, mengatakan penyelenggaraan JSTO merupakan bagian dari komitmen sekolah dalam mengenalkan ilmu terapan sejak dini kepada peserta didik.
“SMA Unggulan Rushd memandang JSTO sebagai ruang kompetisi sehat dan suportif untuk mengasah kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan literasi sains sebagai fondasi masa depan. Matematika, Sains, dan Informatika bukan sekadar ilmu lomba, tetapi ilmu terapan yang menjadi dasar inovasi teknologi, ekonomi, dan pembangunan nasional,” ujar Eko dalam keterangan tertulis, Senin (9/12/2025).
Sementara itu, CEO Algobash, Elfino Sitompu, menilai kolaborasi ini menunjukkan peran teknologi dalam memperluas akses pendidikan berkualitas.
“Melalui platform asesmen digital Algobash, siswa SMP dan sederajat dari seluruh Indonesia dapat ikut berkompetisi secara adil dan terstandarisasi. Ini membuktikan bahwa teknologi mampu memperkecil kesenjangan akses terhadap kompetisi akademik nasional,” kata Elfino.
Data pendaftaran menunjukkan bahwa sekitar 71 persen peserta berusia 13–14 tahun, sementara 15 persen lainnya berusia di bawah 13 tahun. Fakta ini mencerminkan tingginya minat dan ambisi akademik anak-anak Indonesia terhadap sains dan teknologi sejak usia dini.
Pihak penyelenggara berharap JSTO dapat menjadi agenda tahunan yang konsisten mendorong penguatan literasi STEM (science, technology, engineering, and mathematics) serta membentuk generasi muda yang lebih siap menghadapi tantangan global.

6 hours ago
3






































