Dua dunia berjalan beriringan menuju gerbang kampus yang sama.
Di satu sisi, ada langkah cepat yang menghitung detik. Tas selempang penuh buku, sepatu nyaman untuk mengejar, dan mata yang masih berusaha terjaga setelah dua jam bergoyang dalam kereta. Ritual paginya dimulai jauh sebelum matahari tinggi: mandi buru-buru, bekal yang dibungkus tergesa, dan doa dalam hati agar macet tidak bertambah parah. Ia adalah pejuang pulang-pergi, yang rumahnya adalah titik akhir dari sebuah garis lurus panjang setiap hari.
Di sisi lain, ada langkah santai yang masih menyisakan aroma kopi instan. Rambut mungkin masih sedikit basah, tapi wajahnya tenang karena jarak hanya lima belas menit berjalan kaki. Ia membawa beban berbeda: daftar belanja untuk minggu ini, janji temu bayar listrik kos, dan kerinduan yang coba ditutupi dengan kesibukan. Ia adalah penghuni dunia kos, yang rumahnya adalah kamar berbagi dengan kenangan dan impian yang baru mulai disusun.
Kedua dunia ini tak pernah benar-benar bersua, meski duduk di ruang kuliah yang sama. Yang satu memandang yang lain dengan sedikit rasa kagum. Yang lain memandang balik dengan sedikit rasa penasaran.
Dunia pertama adalah tentang kepastian. Pulang adalah kata yang nyata. Ada meja makan di mana cerita hari ini akan dicurahkan. Ada lemari yang tetap rapi karena tidak perlu berbagi. Ada ibu yang bertanya, "Sudah makan?" meski jawabannya sudah pasti. Keamanan itu terbayar mahal: dengan kaki pegal, dengan telinga yang penuh suara mesin, dengan kenangan yang terlewat karena harus pulang sebelum gelap. "Kamu nggak ikut acara malam nanti?" tanya teman sekelas. Jawabnya hanya senyum getir dan gelengan kepala. Kereta tidak menunggu.
Rasa amannya nyata, tapi rasanya seperti hidup dalam dua potong waktu yang tak pernah bertemu. Pagi untuk perjalanan, siang untuk kampus, sore untuk perjalanan lagi. Malam untuk keluarga. Di mana ruang untuk jadi diri sendiri? Di kereta, mungkin. Dalam headphone yang menyetel lagu-lagu yang hanya dimengerti oleh jiwa yang lelah.
Dunia kedua adalah tentang kemungkinan. Pulang adalah kata yang abstrak. Bisa berarti kamar kos, bisa berarti warung kopi, bisa berarti kamar teman. Kebebasan itu terasa di kulit: bangun kesiangan masih bisa terlambat hanya lima menit, makan mie tengah malam, menangis lepas tanpa ada yang bertanya kenapa. Tapi kebebasan itu punya gigi tajam. Saat dompet menipis di minggu ketiga, saat pilek menyerang dan tidak ada yang membuatkan wedang jahe, saat rindu melanda begitu hebatnya hingga bantal basah tanpa suara.
Kamar kos adalah panggung kecil di mana drama kedewasaan dipentaskan. Belajar berdiplomasi dengan teman sekamar yang malas membersihkan. Belajar bernegosiasi dengan diri sendiri: beli buku atau beli makanan enak? Belajar berdiri tegak saat video call dengan orang tua, bilang "Aku baik-baik saja," sambil menyembunyikan mata yang bengkak.
Lalu, mana yang lebih baik?
Mungkin pertanyaannya salah. Karena ini bukan lomba, tapi pilihan. Bukan tentang menang atau kalah, tapi tentang menjadi.
Untuk yang hari ini memilih pulang-pergi: kau adalah ahli logistik, pejuang ketepatan waktu, penyelam dalam lautan orang-orang. Kau belajar kesabaran dari setiap kemacetan, belajar disiplin dari setiap jadwal yang ketat. Rumahmu adalah pelabuhan yang pasti.
Untuk yang hari ini memilih ngekos: kau adalah petualang kamar sempit, arsitek kehidupan mandiri, pembangun jembatan antar manusia. Kau belajar negosiasi dari setiap konflik kecil, belajar kepercayaan diri dari setiap keputusan yang kau ambil sendirian. Rumahmu adalah dirimu yang sedang kau tempa.
Di ujung nanti, ketika status mahasiswi telah berganti, yang akan kau bawa bukanlah hitungan untung-rugi finansial semata. Tapi ketangguhan dari setiap perjalanan panjang yang kau tempuh. Atau keberanian dari setiap malam yang kau lalui sendiri.
Kedua jalan itu sama mulianya. Sama sulitnya. Sama berharganya. Karena sesungguhnya, yang sedang kita perjuangkan bukan sekadar gelar. Tapi orang yang kita jadi dalam proses meraihnya.
Jadi, di garis start ini, tanyakan saja pada hati: "Versi diri seperti apa yang ingin aku bawa saat keluar dari gerbang kampus nanti?"

1 day ago
1






























