Moskow (ANTARA) - Mata uang dolar AS telah digunakan sebagai senjata politik sehingga Rusia terpaksa mencari alat pembayaran lain, kata Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov.
Presiden Vladimir Putin telah menegaskan bahwa Rusia tidak mengesampingkan dolar, kata Lavrov, tetapi "mereka yang memutus Rusia dari dolar" telah "menggunakannya sebagai senjata politik."
"Karena itu, kita dipaksa mencari platform pembayaran alternatif dan kita akan melakukannya,” kata Lavrov dalam rapat Dewan Federasi Rusia pada Rabu (10/12).
Dia menambahkan bahwa di zaman modern, semakin banyak negara mulai mencari alternatif pembayaran.
"Semakin banyak negara mulai bertanya pada diri mereka sendiri: apa yang esok hari mungkin tak disukai oleh mereka yang mengendalikan pasar keuangan global? Tak ada yang tahu," kata Lavrov, seraya menambahkan bahwa mencari pembayaran alternatif kini telah menjadi kecenderungan.
Berbagai sanksi keuangan dan ekonomi telah dijatuhkan oleh Amerika Serikat dan sekutunya terhadap Rusia akibat perang di Ukraina yang terus berlangsung sejak Februari 2022.
Salah satu sanksi tersebut adalah pemutusan akses ke SWIFT — jalur utama pembayaran antar-bank di dunia — sehingga bank-bank Rusia tidak bisa menggunakan dolar AS dan euro dalam transaksi internasional.
Sumber: Sputnik/RIA Novosti
Baca juga: Lavrov: Rusia tak ingin balas dendam, tapi tak lupakan sikap Barat
Baca juga: Rusia : pembekuan 300 miliar dolar AS aset Rusia pencurian terbesar
Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

2 days ago
4






























