
PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) mencatatkan laba setelah pajak atau laba bersih Rp 196 miliar hingga akhir April 2025, tumbuh 205 persen secara year to date (ytd), sementara hasil underwriting mencapai Rp 423 miliar atau meningkat 61 persen ytd. Kenaikan laba bersih ini didorong oleh penyaluran kredit ke sektor riil, termasuk UMKM.
"Seiring meningkatnya penyaluran kredit, sektor riil dan UMKM berpotensi tumbuh lebih kuat, yang pada akhirnya mendorong peningkatan konsumsi dan aktivitas ekonomi secara keseluruhan,” ujar Direktur Utama PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo), M. Fankar Umran, dalam keterangannya, Rabu (18/6).
Dia mengatakan, ketidakpastian ekonomi global tahun ini, seperti perang dagang AS-China, serta ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah dan konflik Rusia-Ukraina, memberikan tekanan signifikan terhadap kinerja industri asuransi dan penjaminan nasional.
“Dalam konteks asuransi kredit, tantangannya bukan hanya pada penurunan premi, tetapi juga peningkatan klaim sebagai efek domino dari situasi global saat ini. Bahkan, dampak pandemi COVID-19 masih dirasakan hingga sekarang, meskipun pandemi telah lama berlalu. Hal ini terjadi karena risiko dalam asuransi kredit bersifat lagging spill-over atau long tail effect,” jelas Fankar.
Meski dihadapkan pada tantangan perlambatan, permintaan terhadap produk asuransi umum dan finansial tetap menunjukkan kenaikan, termasuk di sektor UMKM yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional.
“Semakin besar penyaluran kredit ke sektor riil, semakin besar pula potensi pengembangan asuransi kredit,” tambahnya.
Fankar menuturkan, Askrindo juga mendukung program-program prioritas pemerintah, termasuk sektor perumahan, serta memperkuat fungsi intermediasi lembaga keuangan dalam rangka mendorong inklusi keuangan dan kesejahteraan masyarakat. Perusahaan juga telah mempersiapkan diri menghadapi implementasi PSAK 117 dan optimistis terhadap arah kebijakan fiskal dan moneter, termasuk potensi penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia.
“Kami berharap pemerintah terus mendorong pertumbuhan ekonomi melalui stimulus yang tepat, baik dari sisi moneter maupun fiskal. Penurunan suku bunga, misalnya, akan berdampak positif terhadap pertumbuhan kredit perbankan," tambahnya.