Beijing (ANTARA) - Pemerintah China mengeluarkan peringatan agar warganya tidak bepergian ke perbatasan Kamboja–Thailand untuk sementara waktu karena meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut.
“Kedutaan Besar China di Kamboja baru-baru ini mengeluarkan peringatan keamanan lain agar warga China sementara tidak bepergian ke wilayah perbatasan Kamboja–Thailand,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Guo Jiakun, Kamis.
Bentrokan antara Thailand dan Kamboja memasuki hari keempat dan memaksa lebih banyak warga mengungsi dari wilayah perbatasan, sementara jumlah korban jiwa naik menjadi 16 orang dari kedua pihak.
“Saat ini, kedutaan terus mengumpulkan informasi, memverifikasi laporan, serta memberikan perlindungan dan bantuan konsuler bagi warga China yang terdampak,” ujar Guo.
Menteri Senior Kamboja Jenderal Kun Kim mengatakan sekitar 150.000 warga kini berlindung di lokasi penampungan sementara di berbagai daerah.
Kementerian Pertahanan Kamboja menuduh pasukan Thailand “terus menyerang” kawasan perbatasan dan situs budaya dengan “senjata berat dan jet tempur F-16” sejak awal pekan ini.
Kementerian Dalam Negeri Kamboja melaporkan 10 warga sipil tewas dan sekitar 60 lainnya terluka sejak bentrokan meletus pada Senin.
Pemerintah Phnom Penh juga mengirim surat ke Dewan Keamanan PBB, menuding Thailand melakukan “agresi bersenjata yang tidak diprovokasi, melanggar hukum, dan terus meningkat.”
Sementara itu, Angkatan Darat Kerajaan Thailand menuduh pasukan Kamboja melakukan “serangan berkelanjutan di sepanjang perbatasan sejak 7 Desember,” termasuk tembakan ke wilayah permukiman dan fasilitas medis.
Menanggapi tuduhan terkait kerusakan sipil dan situs sejarah, militer Thailand menyatakan intelijen mereka menunjukkan pasukan Kamboja menempatkan posisi militer di dalam komunitas sipil, gedung kasino, dan situs bersejarah.
Juru Bicara Kementerian Pertahanan Thailand Surasant Kongsiri mengatakan lebih dari 400.000 warga telah dievakuasi ke tempat aman akibat pertempuran tersebut.
Baca juga: Xanana: Jadikan mekanisme ASEAN acuan akhiri konflik Thailand-Kamboja
Sejak Senin, bentrokan menewaskan enam tentara Thailand dan memaksa lebih dari setengah juta orang mengungsi di kedua sisi perbatasan, sementara Kamboja belum mengungkap korban militernya.
Sejumlah sekolah di beberapa distrik perbatasan ditutup dan sebagian diubah menjadi tempat penampungan darurat untuk menampung pengungsi.
Kedua negara saling menuduh memulai bentrokan yang disebut melanggar perjanjian damai 26 Oktober 2025 di Kuala Lumpur, yang disaksikan Presiden AS Donald Trump dan PM Malaysia Anwar Ibrahim.
Amerika Serikat menyampaikan keprihatinannya atas meningkatnya kekerasan, dan Trump dijadwalkan berbicara dengan para pemimpin Thailand dan Kamboja untuk meredakan situasi.
Thailand dan Kamboja memiliki sengketa perbatasan jangka panjang yang kerap memicu bentrokan, termasuk pada Juli lalu ketika sedikitnya 48 orang tewas dalam insiden besar sebelumnya.
Perbatasan darat kedua negara telah ditutup sejak Juli, membatasi pergerakan warga serta menghambat aktivitas ekonomi lintas batas.
Baca juga: Setengah juta orang lebih mengungsi akibat bentrokan Thailand-Kamboja
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

13 hours ago
1






























