Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) mencatat uang primer (M0) adjusted tetap menunjukkan pertumbuhan, yang tinggi pada Oktober 2025, yang di antaranya dipengaruhi ekspansi keuangan pemerintah, termasuk karena pengalihan penempatan saldo anggaran lebih (SAL) ke perbankan.
Pengaruh ekspansi tersebut tecermin pada ekspansi tagihan bersih kepada pemerintah pusat (net claims on government/NCG).
Pada Oktober 2025, M0 adjusted tumbuh sebesar 14,38 persen year on year (yoy), sehingga mencapai Rp2.117,6 triliun.
"Jumlah uang beredar meningkat sejalan dengan kebijakan moneter longgar dan dampak penempatan dana SAL pemerintah di perbankan," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil RDG BI November 2025 di Jakarta, Rabu.
M0 adjusted menggambarkan perkembangan uang primer yang telah menetralisasi dampak penurunan giro wajib minimum (GWM) bank di BI karena pemberian kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM).
BI mencatat pertumbuhan M0 adjusted pada Oktober 2025 lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan M0 (tanpa memperhitungkan dampak KLM) sebesar 7,75 persen (yoy).
Selanjutnya, pelonggaran kebijakan moneter juga berdampak pada pertumbuhan uang beredar dalam arti luas (M2).
Pada September 2025, M2 meningkat dari 5,46 persen (yoy) pada Januari 2025 menjadi 8,02 persen (yoy).
Dari sisi komponen, kenaikan pertumbuhan M2 dipengaruhi oleh pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit (M1) dari 7,25 persen (yoy) pada Januari 2025 menjadi 10,72 persen (yoy) pada September 2025.
Perkembangan ini sejalan dengan pertumbuhan uang kartal di luar bank umum dan BPR dari 10,30 persen (yoy) pada Januari 2025 menjadi 14,50 persen (yoy) pada September 2025.
Sementara, dari sisi faktor yang memengaruhi, kenaikan M2 dipengaruhi oleh peningkatan aktiva luar negeri bersih (net foreign asset/NFA) dan ekspansi keuangan pemerintah.
"Ke depan, jumlah uang yang beredar diprakirakan meningkat sejalan dengan ekspansi kebijakan fiskal pemerintah dan peningkatan kegiatan ekonomi," kata Perry.
Baca juga: BI catat pertumbuhan kredit Oktober melambat, permintaan belum kuat
Baca juga: BI siapkan instrumen operasi moneter valas dalam yuan dan yen
Baca juga: Sudah turun lima kali, BI masih buka ruang pemangkasan bunga acuan
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.






































