Jakarta (ANTARA) - Lembaga penelitian ekonomi dan kebijakan publik, ERIA, menilai bahwa digitalisasi dan keberlanjutan merupakan sumber utama ketahanan bagi Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dalam menghadapi tantangan geopolitik dan fragmentasi global.
“Di dalam ASEAN, jika kamu mengikuti perkembangan yang terjadi di kawasan ini, menurut saya ada dua sumber penting ketahanan di wilayah tersebut. Yang pertama adalah digitalisasi, yang kedua adalah keberlanjutan,” kata Managing Director for Policy Design and Operation ERIA, Aladdin D. Rillo dalam ASEAN-Japan Symposium di Jakarta, Selasa.
Rillo menyampaikan bahwa transformasi digital sangat penting karena memungkinkan negara-negara seperti yang ada di ASEAN untuk mendorong perubahan struktural yang dapat meningkatkan daya saing pasar di kawasan.
Merujuk pada fakta bahwa dinamika geopolitik cenderung menciptakan lebih banyak ketidakstabilan melalui ancaman siber di kawasan, Rillo menilai salah satu prioritas penting bagi ASEAN dan Jepang, sebagai salah satu mitra strategis ASEAN, adalah membangun ekosistem ketahanan siber.
“Hal ini sangat penting terutama jika kita melihat sektor-sektor seperti manufaktur, e-commerce, dan kesehatan, karena menurut saya ketiga sektor tersebut merupakan yang paling rentan terdampak oleh ancaman siber di kawasan,” ucapnya.
Rillo menambahkan bahwa ekosistem digital yang kuat tidak hanya sekedar mengembangkan dunia siber atau ketahanan siber itu sendiri, namun mencakup area-area penting dalam ekonomi digital.
Oleh sebab itu, dirinya menekankan penting bagi ASEAN dan Jepang untuk menerapkan strategi digitalisasi yang tepat melalui pengembangan peta jalan kecerdasan buatan (AI roadmap) yang baru-baru ini disetujui pada Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN.
“Bagi saya, hal itu merupakan strategi penting yang menunjukkan bagaimana ASEAN dan Jepang dapat bekerja sama dalam menghadapi ketidakpastian global,” tambahnya.
Terkait bidang keberlanjutan, Rillo menilai bahwa sangat penting bagi ASEAN dan Jepang untuk mengembangkan pendekatan yang lebih terkoordinasi dalam menangani isu-isu keberlanjutan di berbagai pilar komunitas dan sektor, seperti perdagangan, keuangan, transportasi, pertanian, dan energi.
Pendekatan terpadu dan menyeluruh, sebutnya, menjadi kunci bagi negara-negara anggota ASEAN untuk dapat menangani isu-isu keberlanjutan di kawasan dan di Jepang dengan lebih efektif.
Lebih lanjut, Rillo mengingatkan bahwa berbagai inisiatif terkait isu keberlanjutan tidak akan efektif tanpa adanya pelaksanaan. Ia pun menekankan agar ASEAN dan Jepang sama-sama menyadari bahwa kemitraan ini bukan hanya sekedar pilihan, melainkan sebuah keharusan.
“Tantangan ke depan akan semakin berat, tidak ada lagi ruang untuk 'business as usual'. ASEAN dan Jepang, dalam menjalin kemitraan ini, perlu bersikap lebih pragmatis dan mampu mencapai hasil yang nyata,” kata dia.
Baca juga: ERIA sarankan ASEAN kembangkan protokol tanggap darurat gas regional
Baca juga: Menlu RI: Jadikan ketahanan pangan fokus kerja sama ASEAN Plus Three
Baca juga: Sugiono soroti keamanan kawasan dalam kemitraan strategis ASEAN-India
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

1 week ago
15





































