Jakarta (ANTARA) - Banyak orang baru menyadari bahwa nyeri dada yang mereka anggap sepele ternyata merupakan gejala angin duduk setelah kondisinya berkembang menjadi darurat medis.
Padahal, deteksi dini sangat penting untuk mencegah risiko serangan jantung dan komplikasi lain yang lebih serius. Pemeriksaan sejak awal tidak hanya membantu menentukan penyebab nyeri dada, tetapi juga memastikan apakah aliran darah ke jantung telah terganggu.
Berikut ini adalah bagaimana dokter mendiagnosis angin duduk dan kapan seseorang harus segera mencari pertolongan medis agar keselamatan tetap terjaga, berdasarkan informasi yang telah dihimpun dari berbagai sumber.
Diagnosis angin duduk
Dalam mendiagnosis angin duduk, dokter biasanya memulai dengan sesi wawancara medis (anamnesis) untuk menggali lebih dalam mengenai keluhan nyeri dada yang dirasakan pasien.
Informasi yang dicari meliputi lokasi nyeri, tingkat keparahan, durasi, pemicu, serta kapan keluhan tersebut muncul. Riwayat penyakit dan faktor risiko lain juga akan dievaluasi.
Setelah itu, dokter melakukan pemeriksaan fisik dan melanjutkan dengan pemeriksaan penunjang untuk memastikan kondisi jantung. Salah satu tes yang paling sering digunakan adalah elektrokardiogram (EKG), yang berfungsi memantau aktivitas listrik jantung dan membantu mendeteksi gangguan aliran darah ke jantung yang terjadi saat serangan angina.
Jika diperlukan, beberapa pemeriksaan tambahan dapat direkomendasikan, seperti:
1. Rontgen dada: Digunakan untuk melihat kondisi jantung dan paru-paru, sekaligus mencari kemungkinan penyebab lain dari nyeri dada, termasuk pengecekan apakah terdapat pembesaran jantung.
2. Ekokardiografi: Menggunakan gelombang suara untuk menggambarkan struktur jantung. Pemeriksaan ini membantu mendeteksi kerusakan otot jantung atau kelainan struktur lainnya.
4. Kateterisasi jantung: Prosedur ini memberikan gambaran langsung kondisi pembuluh darah koroner dengan bantuan sinar-X dan zat pewarna khusus. Metode ini sering dipakai untuk mengetahui bagian arteri mana yang mengalami penyempitan atau sumbatan.
5. CT scan jantung: Digunakan untuk melihat struktur jantung secara lebih detail dan mendeteksi gangguan pada pembuluh darah koroner.
Pada kasus angina tidak stabil, dokter juga akan memeriksa kadar enzim jantung melalui tes darah. Enzim ini meningkat apabila terjadi kerusakan pada jaringan jantung salah satu tanda terjadinya serangan jantung.
Tes darah yang sama juga dapat digunakan untuk menilai kadar kolesterol, gula darah, serta fungsi ginjal, yang penting dalam menentukan risiko dan pilihan terapi yang tepat.
Kapan harus ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut?
Jika Anda merasakan gejala angin duduk untuk pertama kalinya, sebaiknya segera menuju Instalasi Gawat Darurat (IGD) untuk mendapatkan pemeriksaan medis. Apabila Anda sudah memiliki obat khusus dari dokter, minumlah sesuai anjuran dan segera hentikan aktivitas untuk beristirahat ketika keluhan muncul.
Jangan menunggu terlalu lama bila keluhan nyeri dada tidak juga mereda atau malah semakin parah. Terlebih lagi jika gejala disertai sesak napas, keringat dingin, atau rasa nyeri yang menjalar ke lengan, rahang, maupun punggung kondisi tersebut merupakan tanda bahaya yang memerlukan pertolongan segera.
Jika ada orang lain di sekitar Anda, mintalah bantuan mereka untuk mengantar ke fasilitas kesehatan terdekat. Sebisa mungkin, hindari mengemudi sendiri saat mengalami gejala, kecuali jika benar-benar tidak ada pilihan lain.
Baca juga: Kenali perbedaan masuk angin, angin duduk, dan serangan jantung
Baca juga: Apa itu angin duduk? Ini penyebab, gejala, dan cara mengobatinya
Baca juga: Dokter jelaskan angin duduk bukan disebabkan terpapar angin malam
Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

16 hours ago
2




































