Setelah Semeru Menghantam: Kisah Supiturang yang Bangkit dari Abu

1 week ago 8
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Lahan-lahan di kaki Semeru yang kering dan hangus, sementara alat berat dikerahkan untuk membuka akses desa yang tertutup material vulkanik. (Dokumentasi Pribadi)

Pada tanggal 4 Desember 2021 menjadi bulan yang tidak akan dilupakan masyarakat Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, salah satu wilayah yang paling merasakan dampak erupsi Semeru. Sekitar sore hari, langit yang biasanya cerah berubah mendadak menjadi kelabu pekat. Suara gemuruh dari puncak Semeru terdengar semakin keras, seperti tanda yang tidak bisa lagi diabaikan. Beberapa warga bahkan mengira suara itu hanya aktivitas gunung seperti biasanya, sebelum akhirnya awan panas meluncur cepat dan menutup hampir seluruh pandangan.

Dalam beberapa menit, desa yang semula tenang berubah menjadi kepanikan. Abu panas turun seperti hujan, pepohonan mengering seketika, dan udara sulit dihirup. Banyak warga tidak membawa apa pun, tidak tas, tidak dokumen, tidak pakaian. Mereka hanya berlari, memeluk anak-anak, dan berpegangan tangan agar tidak terpisah. Di tengah kabut abu yang menutup langit, mereka hanya bergantung pada insting untuk menjauh sejauh mungkin dari bahaya.

Ketika awan mulai mereda, suasana berubah menjadi hening yang aneh. Tanah basah oleh abu, udara masih berbau belerang, dan matahari tampak samar di balik debu yang melayang. Warga yang selamat mulai kembali perlahan ke desa mereka untuk melihat apa yang tersisa. Yang mereka temukan bukan lagi Supiturang yang mereka kenal.

Salah satu rumah warga yang hancur, dengan perabot yang tertimbun debu tebal. Sisa-sisa kehidupan sehari-hari berubah menjadi puing-puing tak beraturan. (Dokumentasi Pribadi)

Rumah-rumah roboh, perabot penuh debu, dan pepohonan yang sebelumnya rimbun kini hanya menyisakan batang-batang kering yang seakan ikut mati bersama datangnya bencana. Banyak warga terdiam lama di depan rumah mereka, mencoba memahami bagaimana sesuatu yang dibangun bertahun-tahun bisa hilang dalam hitungan menit. Namun keheningan itu hanya sebentar. Tidak lama kemudian, mereka mulai berteriak memanggil nama anggota keluarga, tetangga, atau siapa pun yang mungkin masih hidup.

Hari-hari pertama setelah erupsi menunjukkan bagaimana masyarakat menjadi penolong bagi dirinya sendiri. Warga Supiturang, tanpa menunggu datangnya relawan, langsung membentuk kelompok kecil untuk mengevakuasi korban, mencari orang hilang, dan memberikan pertolongan seadanya. Para lelaki mengangkat puing dan membuka akses jalan, sementara perempuan memasak makanan darurat, mencari pakaian, dan merawat anak-anak yang ketakutan. Meskipun sama-sama dilanda trauma, mereka tetap memilih bergerak.

Pengungsian menjadi titik awal kebangkitan mereka meski penuh keterbatasan. Di tenda-tenda darurat, warga harus berbagi tempat tidur, selimut, bahkan makanan. Rasa cemas masih terasa setiap kali suara gemuruh kembali terdengar dari puncak gunung. Namun, justru dari ruang sempit itu, tumbuh rasa kebersamaan yang lebih kuat. Mereka saling menghibur, saling meminjamkan barang, bahkan saling menyuapi anak-anak yang kehilangan orang tua.

Di tengah kehidupan di tenda-tenda, pemerintah mulai menyiapkan rencana pemindahan warga terdampak paling berat. Supiturang termasuk desa yang mendapatkan prioritas pembangunan huntara (hunian sementara). Bangunan-bangunan darurat ini menjadi tempat tinggal baru bagi warga yang rumahnya tidak bisa direnovasi atau wilayahnya masuk zona merah. Meskipun sederhana, huntara menjadi ruang aman pertama yang memberi warga kesempatan untuk bernafas lega setelah berminggu-minggu hidup di bawah terpal.

Huntara dibangun berjejer dengan struktur kayu dan dinding sederhana. Banyak warga menyebut bahwa tempat ini bukan sekadar tempat tidur, tetapi awal dari upaya menata hidup dari nol. Di sana, mereka mulai merapikan barang-barang yang masih tersisa, menata dapur kecil, hingga membuat halaman mungil di depan bilik mereka.

Beberapa bulan setelahnya, pemerintah melanjutkan dengan pembangunan huntap (hunian tetap) bagi warga yang kehilangan rumah total. Pemindahan ini bukan proses singkat. Warga harus didata ulang, lahan huntap harus disiapkan, dan pembangunan memerlukan waktu berbulan-bulan. Namun bagi warga Supiturang, kehadiran huntap menjadi tanda nyata bahwa mereka tidak akan selamanya hidup dalam ketidakpastian.

Huntap dibangun lebih layak dan kokoh, dengan struktur permanen yang mampu menampung satu keluarga lengkap. Banyak warga mengaku merasa lega ketika akhirnya mendapatkan kunci rumah baru, walau harus meninggalkan lokasi rumah lama yang penuh kenangan. “Rumahnya memang baru dibangun, tapi rasanya seperti pulang kembali,” begitu ungkapan beberapa warga yang akhirnya menetap di huntap.

Kehadiran huntara dan huntap tidak hanya menjadi solusi fisik, tetapi juga simbol pemulihan psikologis. Bagi banyak keluarga, memiliki ruang tetap kembali berarti memiliki tempat untuk menyusun masa depan: menghidupkan kompor untuk memasak, menata ruang untuk anak belajar, hingga menanam sayuran kecil di halaman.

Ketika struktur hunian semakin stabil, warga mulai memikirkan kembali pekerjaan mereka. Sebagian petani kembali menggarap lahan yang tersisa, sementara yang lain membuka usaha kecil seperti warung kopi, kedai makanan, atau penjualan hasil olahan desa. Anak...

Read Entire Article