Paramiliter Sudan atau Rapid Support Forces/RSF mengumumkan gencatan senjata unilateral [sepihak], Senin (25/11). Keputusan itu diambil usai militer Sudan (Sudanese Armed Forces/SAF) menolak usulan damai dari Amerika Serikat (AS) dan mediator internasional sehari sebelumnya.
RSF terlibat perang saudara di Sudan melawan SAF sejak April 2023. Mereka menyatakan, deklarasi gencatan senjata adalah respons seruan internasional, termasuk dari Presiden Donald Trump negara anggota Quad, yaitu AS, Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Mesir.
Selain itu langkah RSF diambil tak lama setelah UEA mengecam Panglima SAF Jenderal Abdel Fattah al-Burhan yang menolak proposal gencatan senjata. UEA sendiri dituduh mempersenjatai RSF. Tuduhan selalu dibantah UEA.
“Kami mengumumkan gencatan senjata kemanusiaan yang akan menghentikan permusuhan selama tiga bulan,” ucap Komandan RSF Mohamed Hamdan Daglo dalam pernyataan gencatan senjatanya seperti dikutip dari AFP.
Gencatan senjata yang diusulkan AS dan Quad mencakup beberapa tahap pelaksanaan penghentian pertempuran. Tahap pertama adalah gencatan senjata kemanusiaan selama tiga bulan.
Sesudahnya akan dilanjutkan gencatan senjata permanen, yang akan dilanjutkan dengan transisi sembilan bulan menuju pembentukan pemerintahan sipil.
Adapun pada Minggu (23/11) saat menolak usulan gencatan senjata, Burhan menyebut proposal dari AS sangat buruk. Itu sebabnya mereka tidak bisa menerima usulan tersebut.
Ia lalu mengecam kelompok Quad yang menjadi mediator gencatan senjata. Burhan menuding Quad bias karena ada UEA di dalam kelompok itu.
Adapun AS turun tangan mencoba mendamaikan pertikaian di Sudan atas permintaan Putra Mahkota sekaligus Perdana Menteri Arab Saudi, Pangeran MBS, saat bertamu ke AS pekan lalu.

1 week ago
11







































