Beijing (ANTARA) - Bank Indonesia mempromosikan penggunaan transaksi mata uang lokal (Local Currrency Transcation atau LCT) kepada para pengusaha China di Beijing.
"Pada 11 September lalu, bank sentral Indonesia dan China sama-sama meluncurkan kerangka kerja LCT dan tautan pembayaran lintas batas (Quick Response atau QR Code), baik di Beijing maupun di Jakarta," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Beijing Yulian Wihantoro dalam forum bisnis di Beijing, Jumat.
Forum bisnis tersebut diselenggarakan KBRI Beijing yang dihadiri Duta Besar RI untuk Tiongkok dan Mongolia Djauhari Oratmangun, Deputi Bidang Koordinasi Pembangunan perumahan dan Sarana dan Prasarana Permukiman Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan RI Ronny Hutahayan, pemimpin Pura Mangkunegaran Solo Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X atau Gusti Bhre, Bupati Kepulauan Tanimbar Ricky Jauwerissa, Direktur Corporate Banking BRI Riko Tasmaya, Wakil Ketua Kamar Dagang Indonesia Kimite Tiongkok (KIKT) Jona Widhagdo Putri, pejabat terkait lainnya serta sekitar 200 orang pengusaha asal China.
"Peluncuran tersebut memperingati 75 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan China sekaligus menandai lahirnya jembatan digital sejati antara perekonomian kita. Ini menunjukkan bagaimana kerja sama bank sentral secara langsung mendukung bisnis dan masyarakat riil," tambah Yulian.
Sesungguhnya pelaksanaan LCT tersebut sudah didahului dengan penandatangan Nota Kesepahaman (MoU) antara Gubernur BI Perry Warjiyo dan Gubernur Bank Sentral Republik Rakyat China (People's Bank of China atau PBoC) Pan Gongsheng di Jakarta.
"Kesepakatan itu lebih dari sekadar instrumen keuangan. Ini adalah pernyataan kepercayaan. Tugas kami sebagai otoritas adalah membangun infrastruktur bagi bisnis, pemerintah, dan masyarakat terlebih karena China adalah mitra dagang terbesar Indonesia," tambah Yulian.
Melalui LCT, Yulian menyebut, pelaku bisnis menghemat waktu dan biaya, sekaligus mengelola risiko, terutama risiko mata uang, secara lebih efektif.
"Melalui LCT, perusahaan kini dapat menyelesaikan perdagangan secara langsung dalam mata uang lokal. Ini mengurangi biaya konversi, mempersingkat waktu penyelesaian, hanya membutuhkan waktu maksimal satu jam, dan meminimalkan paparan terhadap volatilitas mata uang global," jelas Yulian.
Hingga Juli 2025, Yulian menyebut, transaksi LCT antara Indonesia dan China telah mencapai 6,23 miliar dolar AS atau setara dengan hampir 45 persen dari total transaksi mata uang lokal Indonesia dengan beberapa negara.
"Dan seperti yang kami harapkan, LCT ini merupakan hal yang sangat baru, kami juga menghubungkan masyarakat secara langsung melalui inovasi" ungkap Yulian.
Sementara inisiatif QR lintas batas, kata Yulian, memungkinkan wisatawan dan usaha kecil, menengah, dan mikro untuk melakukan pembayaran instan menggunakan kode QR lokal.
"Bayangkan, wisatawan Indonesia di China dan wisatawan China di Indonesia, Solo, Tanimbar, Bajo, Bunaken, tentu saja Bali, dapat menggunakan sistem pembayaran mereka sendiri, dapat menggunakan aplikasi mereka sendiri untuk bertransaksi," tambah Yulian.
Yulian menyebut saat ini aplikasi yang dapat digunakan di Indonesia baru Alipay.
"Semoga akhir tahun ini kita dapat menggunakan konektivitas pembayaran ini di Indonesia dengan menggunakan standar QR Indonesia kita di China. Karena kami percaya bahwa pada akhirnya, keuangan adalah tentang koneksi antarnegara, antarbisnis, dan antarmasyarakat," tegas Yulian.
KBRI Beijing mencatat volume perdagangan Indonesia-China pada 2024 mencapai 147,79 miliar dolar AS, secara khusus untuk periode Januari–Agustus 2025, volume perdagangan telah mencapai hampir 104,82 miliar dolar AS.
Dengan angka tersebut, China menjadi mitra dagang terbesar Indonesia dengan ekspor Indonesia ke China sebagian besar terdiri dari minyak sawit, batu bara, nikel olahan, sarang burung walet, buah-buahan tropis dan lainnya.
Di bidang investasi, pada 2024 saja, investasi China bernilai 8,1 miliar dolar AS, sementara investasi dari Hong Kong USD tercatat 8,2 miliar dolar AS. Untuk semester pertama 2025, investasi asal China berada di angka 3,6 miliar dolar AS dan Hong Kong sekitar 4,6 miliar dolar AS sehingga menempatkan keduanya di posisi ketiga dan kedua investor terbesar ke Indonesia.
Selanjutnya di bidang pariwisata, pada 2024 sekitar 1,2 juta wisatawan asal China berkunjung ke Indonesia. Sementara untuk periode Januari–Agustus 2025, jumlah wisatawan China yang datang ke Tanah Air sudah mencapai 905.002 orang.
Baca juga: BI, bank sentral China perkuat transaksi dengan mata uang lokal
Baca juga: Guru Besar UI dukung Prabowo dorong reformasi dan relevansi baru ASEAN
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

14 hours ago
7





































