Project Tampelas: Kolaborasi Lintas Profesi Selamatkan Lahan Gambut Kalimantan

1 month ago 16
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Narasumber memaparkan pengalaman di Desa Tampelas, Kalteng. Foto: Dok. PRAKSIS

Forum PRAKSIS Seri ke-10 yang digelar Jumat (20/6/2025) mengangkat satu contoh nyata pelestarian lingkungan hidup berbasis komunitas. Bertajuk “Terang dari Tampelas: Menyalakan Keberlangsungan Fungsi Alam di Hutan Kalimantan”, forum ini menghadirkan dua narasumber utama dari Project Tampelas, yakni Alexandra Bastedo (CEO Conservana Trading Advisory) dan Achmad Zakaria (CEO Tata Habitat).

Proyek konservasi yang dikembangkan PT Rimba Makmur Utama (RMU) ini berlokasi di Desa Tampelas, Kecamatan Kamipang, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah — desa kecil di atas lahan gambut dalam yang mudah terbakar. Dengan melibatkan masyarakat setempat, PT RMU berhasil mengubah pola penghidupan warga dari aktivitas perusakan hutan menjadi pelestari lingkungan, khususnya melalui budidaya ikan gabus.

Untuk diketahui, Project Tampelas diprakarsai dan dilaksanakan oleh PT Rimba Makmur Utama (RMU), yang dirintis dan dipimpin oleh Rezal Kusumaatmadja, putra mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup (1993-1998) Sarwono Kusumaatmadja.

CEO Conservana Trading Advisory, Alexandra Bastedo. Foto: Dok. PRAKSIS

Dalam paparannya, CEO Conservana Trading Advisory, Alexandra Bastedo menjelaskan pentingnya menjaga gambut agar tetap basah karena daya serap karbonnya yang besar. “Dalam rentangan yang luas dan dalam, lahan gambut mampu menyerap karbon dalam jumlah besar sehingga tidak lepas ke atmosfir dan mendorong naiknya suhu bumi,” jelasnya.

Pendekatan yang digunakan PT RMU adalah pendekatan berbasis alam (nature-based solution), salah satunya dengan mendampingi warga membudidayakan ikan gabus (Channa sp.) — sumber albumin bernilai ekonomi tinggi. PT RMU kemudian merancang dan membangun pabrik albumin selama total empat tahun, sepenuhnya didanai dari hasil konservasi hutan.

“Dalam proyek ini semboyan bhineka tunggal ika tidak sekedar menyangkut kebhinekaan dalam hal etnis, agama atau yang lain, melainkan lebih pada kebhinekaan dalam hal profesi,” ujar Alexandra.


“Profesi boleh berbeda-beda, tetapi tujuannya tetap satu, yakni membantu masyarakat untuk memperoleh penghidupan melalui pelestarian alam,” tambahnya.

Energi untuk pabrik tersebut dipasok dari instalasi listrik tenaga surya. Seiring berjalannya proyek, warga Desa Tampelas yang sebelumnya hidup dari hasil penebangan dan pembakaran lahan kini justru menjaga kawasan hutan dan lahan gambut. Sebelum proyek, rata-rata pendapatan mereka hanya Rp30.000 per hari—sebagian besar digunakan untuk membeli solar. Kini, pendapatan mereka meningkat secara signifikan.

CEO Tata Habitat, Achmad Zakaria. Foto: Dok. PRAKSIS

Achmad Zakaria, arsitek yang sebelumnya berkarya di sektor komersial, mengaku pengalaman ini mengubah hidupnya. “Dulu saya bekerja sebagai arsitek yang dalam prakteknya merusak alam. Sejak terlibat dalam Project Tampelas ini saya menggunakan keahlian saya untuk bernegosiasi dan melestarikan alam,” ujarnya.

PT RMU mendokumentasikan perjalanan ini dalam film berdurasi 40 menit yang diputar dalam forum. Versi pendeknya berjudul Project Tampelas: Shifting Intent into Action telah diunggah ke YouTube sebagai ajakan untuk ikut beraksi menjaga alam.

Sigit Lingga dari Yayasan Bung Karno. Foto: Dok. PRAKSIS

Forum juga menghadirkan Sigit Lingga dari Yayasan Bung Karno yang mewakili Rezal Kusumaatmadja, pendiri PT RMU yang juga putra mendiang Menteri Lingkungan Hidup Sarwono Kusumaatmadja. Sigit menyebut proyek ini sejalan dengan visi Presiden Sukarno soal kedaulatan dalam mengelola kekayaan alam Indonesia.

“Sukarno mengirim banyak mahasiswa ke luar negeri agar mereka kelak bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia untuk bangsa sendiri,” kata Sigit. “Saat itu, Bung Karno menolak masuknya perusahaan asing karena khawatir kekayaan alam kita akan dieksploitasi untuk kepentingan orang lain.”