Jalur Sumbu Filosofis, khususnya Malioboro diusulkan agar memiliki jalur kereta khusus. Usulan ini dilakukan dalam rangka transformasi pariwisata sekaligus membentuk budaya bersih dan tertib.
Hal tersebut disampaikan Ketua Indonesian Institute for Corporate Directorship, Sigit Pramono Suroyo, sebagai narasumber dalam agenda Rapat Koordinasi Pengendalian Pembangunan Daerah Triwulan III Tahun 2025 yang digelar di Kompleks Kantor Gubernur DIY, Kamis (30/10).
“Satu hal yang menurut saya kalau kita mau memperbaiki budaya bersih dan tertib di Jogjakarta, kita betul-betul harus melakukan pembangunan kereta. Untuk transformasi kita mulai dari sumbu filosofis di Malioboro ini,” kata Sigit dalam rapat tersebut, Kamis (30/10).
Ia menjelaskan, usulan pembangunan jalur kereta ini bersifat jangka panjang dan didasari riset serta pengamatannya terhadap perilaku masyarakat di area transportasi umum.
“Ini saya semua melakukan riset. Kalau kita melakukan transformasi dan revolusi supaya orang Jogja tertib adalah pengadaan kereta api di Malioboro. Bisa di bawah atau di atas,” ujarnya.
Selain jalur kereta, Sigit juga mengusulkan sejumlah program lain seperti penyempurnaan Calendar of Event DIY, penonjolan 10 event unggulan, Gerakan Jeding Resik, dan penguatan ISI Yogyakarta sebagai motor penggerak kegiatan budaya Ruwat-Citra Jogja.
Menanggapi usulan tersebut, Sekretaris Daerah (Sekda) DIY Ni Made Dwipanti Indrayanti menyebut bahwa rencana pembangunan kereta otonom di kawasan Malioboro masih memerlukan kajian komprehensif. Selain faktor teknis, aspek tata ruang dan regulasi juga menjadi perhatian utama.
“Itu autonomus, itu udah lama, zaman saya masih di perhubungan (Dishub DIY) itu sudah,” kata Made kepada Pandangan Jogja, Jumat (31/10).
Menurutnya, kajian mengenai proyek tersebut sebenarnya sudah pernah dilakukan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM). Namun, implementasinya masih terkendala penyesuaian jalur dan kebutuhan investor.
“Cuma kan persoalannya kan kita perlu analisis itu, sudah ada studinya, saya sudah punya studinya, studinya dari UGM. Itu berbasis route gitu, dia nggak rel. Cuma kan kita bicara ini pertama rutenya, terus cari investor juga, itu yang mungkin bagian secara peran,” ujar Made.
Ia menegaskan, pembangunan kereta otonom di Malioboro tidak bisa dilihat sebagai proyek sektoral tunggal, melainkan harus melibatkan kolaborasi lintas bidang agar sesuai dengan prinsip keterpaduan pembangunan kawasan.
“Juga bicaranya aturan, aturannya gimana tentang itu. Bagaimana dengan yang lain-lainnya, PKL, parkir, kayak gitu kan ke jalan tadi. Itu kan juga harus diatur. Tapi itu bisa menjadi bagian kita mengimplementasikan,” katanya.

14 hours ago
9







































