Mahasiswa Palestina yang menerima beasiswa di universitas di Inggris akan diperbolehkan membawa keluarga bersama mereka dari Gaza.
Dikutip dari The Guardian, Jumat (31/10), pemerintah Inggris menyatakan pasangan dan anak penerima beasiswa Chevening atau yang ingin belajar lebih lama di Inggris untuk menyelesaikan program penelitian diperbolehkan dibawa ke Inggris dari Gaza. Keputusan ini dikeluarkan setelah lobi yang dilakukan anggota parlemen dan pendukung Palestina.
"Mahasiswa yang datang dari Gaza ke Inggris telah mengalami cobaan berat setelah dua tahun konflik. Mereka mengalami kesulitan yang tak terbayangkan, dan kini dapat memulai kembali hidup dengan belajar di universitas kelas dunia kami," kata juru bicara pemerintah.
"Ini mengapa kami mendukung evakuasi tanggungan mahasiswa penerima beasiswa yang memenuhi syarat untuk belajar di sini berdasarkan aturan imigrasi berdasarkan kasus per kasus," lanjutnya.
Akademisi yang mengkoordinasikan upaya mendukung mahasiswa, Dr Nora Parr, mengatakan pengumuman untuk menyelaraskan kebijakan evakuasi pemerintah dengan aturan visa yang berlaku hanya membantu 4 mahasiswa. 25 mahasiswa lainnya yang sedang menempuh program magister masih belum memenuhi syarat untuk mengevakuasi keluarga mereka.
"Agar inisiatif mahasiswa Gaza benar-benar berhasil, para menteri harus berhati-hati agar para profesional berkualifikasi tinggi yang mencari pendidikan lebih lanjut untuk membangun kembali komunitas yang hancur tidak harus memilih antara gelar untuk masa depan dan keselamatan keluarga mereka," kata Parr.
Berdasarkan aturan imigrasi yang mencakup mahasiswa internasional, keluarga dari mahasiswa yang mengambil gelar penelitian berhak mendapat visa tanggungan mahasiswa jika mereka memiliki bukti pendanaan untuk menutupi biaya hidup sebesar 7.600 poundsterling di London dan sekitar 6 ribu poundsterling di luar London. Sejak 2024, mereka yang menempuh pendidikan S1 atau program pendidikan tidak lagi memenuhi syarat.
Seorang mahasiswa asal Gaza yang ditawari beasiswa untuk gelar magister kesehatan di Universitas Oxford menolak dievakuasi dari Gaza kecuali istri dan anaknya yang berusia 3 bulan menemaninya.
"Saya tidak bisa meninggalkan mereka di kehidupan yang penuh dengan mimpi buruk di Gaza City. Saya ditawari bantuan, tapi kehidupan macam apa jika saya keluar sementara mereka tetap terjebak dalam kengerian ini? Saya terus berharap jika saya menunggu, kami mungkin diizinkan pergi bersama," katanya yang identitasnya tidak diungkap.
Sejauh ini, sebanyak 75 mahasiswa tiba di Inggris sejak pemerintah mengizinkan evakuasi dari Gaza bagi mereka yang menerima beasiswa penuh bulan lalu.

14 hours ago
9







































