UNISA Yogyakarta
Trend | 2025-08-16 16:21:11
Oleh : Dr. M. Ali Imron, M.Fis (Wakil Rektor IV UNISA Yogyakarta)
Yuval Noah Harari seorang ahli sejarah Israel penulis buku best seller Sapiens ( 2011) menulis bahwa dalam perspektif sejarah perkembangnnya manusia adalah mahluk pemburu. Artinya untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya manusia harus berburu. Terbayang dalam benak kita berburu adalah aktivitas fisik yang melelahkan karena disamping harus memersiapkan alat yang tepat akan tetapi juga harus berstrategi, berjalan, berlari bahkan tak jarang melompat untuk mendapatkan buruannya. Yuval bahkan mengatakan bahwa hidup sebagai pemburu ternyata lebih memerdekakan manusia dibanding dengan hidup hari ini yang dipenuhi dengan otomatisasi teknologi.
Bulan ini merah putih berkibar dimana-mana, artinya kita sedang berada di bulan kemerdekaan Republik Indonesia. Berbeda dengan ketika kita kecil dan remaja kita selalu disuguhkan dengan cerita perjuangan baik di kelas-kelas sekolah maupun film layar kaca TVRI sebagai TV satu-satunya. Yang menarik dalam cerita itu adalah strategi perjuangan yang disebut perang gerilya. Suatu strategi perang yang mengandalkan strategi hit and run bersembunyi di gunung dan kemudian berlari, melompat dan menyerang dimana kekuatan fisik infantri menjadi tumpuan utama. Sementara di lain pihak pasukan Belanda yang memiliki teknologi lebih maju, mengejar para pejuang dengan mobil Jeep, tank, dan motor militer. Dalam Bahasa sederhana perang gerilya melawan perang teknologi. Dan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus membuktikan perang itu dimenangkan oleh perang gerilya.
Perang gerilya adalah perang para pemburu karakter sapeins dimana kekuatan fisik adalah tumpuan utama dan gerak adalah fondasinya. Gambaran umum dalam film perjuangan kemerdekaan adalah secara fisik pejuag gerilya lebih siap, tahan terhadap cuaca dan mental baja sebaliknya para tentara Belanda selalu digambar cenderung lemah fisik, mudah ngantuk dan selalu nampak ragu dan penakut. Ini adalah peran gerak tubuh dan teknologi.
Tahun ini 80 tahun kemerdekaan Indonesia. Kemajuan ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa sifat dasar sapiens yang pemburu dengan lari dan lompat sebagai gerak dasarnya ternyata berdampak pada kekuatan fisik, ketahanan terhadap penyakit, penunda degenerasi bahkan membangun kekuatan mental. Namun demikian kemerdekaan kita hari ini juga ditandai dengan penemuan teknologi yang dahsat yang serba cepat dan otomatis yang memanjakan manusia. Sifat pemburu sapiens seolah tergerus oleh virus mager (males gerak) serba instan dan kecengengan. Kita hari ini dihadapkan dengan sadentary life yang mendorong obesitas, penyakit kronis dan problem mental.
Ada baiknya dalam momentum kemerdekaan yang ke-80 ini mari kita munculkan kembali karakter dasar pemburu kita melalui aktivitas gerak yang cukup melelui jalan gembira, fun run, night run, speda sehat yang rutin, terukur dan manan ataupun dengan program masal car free day yang seharusnya tidak 1 minggu satu kali. Seorang pemburu yang tak bergerak maka dia sedang membunuh dirinya secara perlahan. Mari kita kibarkan bendera kita agar bergerak dan napak gagah perkasa.
Kesulitan apapun yang kita hadapi hari ini mari “Kita kibarkan saja dulu” dan jangan “Kabur aja dulu”. Merdeka.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.