Indonesia Emas, tapi Lansia Terlupakan

16 hours ago 3
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Ilustrasi lansia di panti jompo. Foto: Getty Images

Indonesia tengah bersemangat menyambut “Bonus Demografi”, fenomena ketika proporsi penduduk usia produktif mencapai puncaknya. Pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan memandang ini sebagai peluang emas menuju visi Indonesia Emas 2045: negara maju, adil, dan sejahtera. Namun, di balik gegap gempita optimisme itu, ada satu kelompok yang nyaris tak terdengar: jutaan warga lanjut usia (lansia) yang hidup dalam ketidakpastian dan keterpinggiran.

Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada 2024, proporsi lansia di Indonesia telah mencapai 12 persen, dengan rasio ketergantungan sebesar 17,08 persen. Sementara itu, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memproyeksikan bahwa pada 2045, jumlah lansia bisa mencapai hampir 60 juta jiwa, hampir 20 persen dari total populasi (ANTARA News, 2022). Ini menandai transisi cepat menuju masyarakat menua, jauh lebih cepat dari prediksi sebelumnya.

Ironisnya, di tengah fokus nasional pada produktivitas angkatan kerja muda, kepentingan lansia sering kali terabaikan. Riset The SMERU Research Institute & Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) (2022) mengungkap bahwa hanya sekitar 12 persen lansia yang mendapat program pensiun formal. Sebagian besar lansia hidup tanpa jaminan pendapatan di hari tua, bergantung pada keluarga atau bekerja di sektor informal.

Akibatnya, banyak yang rentan jatuh ke dalam kemiskinan dan kehilangan kemandirian. Ini bukan sekadar persoalan administratif, melainkan cerminan dari paradigma negara yang memandang warga negara berdasarkan kontribusi ekonomi mereka, ketika produktivitas habis, perhatian pun hilang.

Paradigma yang Harus Diubah

Selama ini, kebutuhan lansia seperti perawatan jangka panjang dan layanan geriatri dianggap sebagai beban fiskal, bukan investasi sosial. Peran merawat lansia pun nyaris dibebankan seluruhnya kepada keluarga. Studi Putri et al. (2022) dari menyoroti beban berat yang ditanggung oleh perawat keluarga, khususnya perempuan, yang kerap mengorbankan karier dan kesejahteraan pribadi. Fenomena “generasi sandwich”, mereka yang harus merawat orang tua sekaligus anak, menjadi bukti bahwa sistem perlindungan sosial kita belum siap menghadapi realitas demografi baru.

Sosiolog Esping-Andersen (1990) menyebut kondisi ini sebagai “komodifikasi” kehidupan sosial, di mana nilai seseorang diukur dari kemampuannya berpartisipasi di pasar tenaga kerja. Ia menegaskan pentingnya “dekomodifikasi”, yakni kemampuan warga untuk hidup layak tanpa bergantung penuh pada pasar. Bagi lansia, ini berarti jaminan martabat dan kesejahteraan sebagai hak fundamental, bukan sekadar belas kasihan atau ketergantungan pada keluarga.

Belajar dari Dunia Maju: Lansia sebagai Pilar Peradaban

Negara-negara maju telah membuktikan bahwa kesejahteraan lansia bukanlah beban, melainkan pilihan ideologis yang terencana. Swedia, misalnya, menjamin pensiun layak dan layanan perawatan berkualitas yang dibiayai pajak secara universalis (OECD, 2023). Jepang dan Jerman mengimplementasikan asuransi perawatan jangka panjang yang didanai dari iuran wajib seluruh angkatan kerja sebagai bentuk solidaritas lintas generasi (Iwagami & Tamiya, 2019; Rothgang, 2010).

Prinsip ini sejalan dengan pemikiran filsuf John Rawls (1999) yang menyatakan bahwa masyarakat yang adil adalah yang melindungi kelompok paling rentan berdasarkan “posisi asal”, tanpa mengetahui posisi keberadaan kita dalam masyarakat (veil of ignorance). Dalam kerangka ini, perlindungan lansia bukanlah kemewahan, melainkan fondasi keadilan sosial.

Menuju Kontrak Sosial Baru: Empat Langkah Konkret

Pertama, pemerintah perlu membangun akuntabilitas data yang mengikat. Penyusunan Laporan Nasional Tahunan Kondisi Lansia harus menjadi kewajiban negara, bukan sekadar inisiatif sektoral. Laporan ini harus mencakup indikator penting seperti angka harapan hidup sehat, prevalensi penyakit degeneratif, tingkat kemiskinan lansia, serta rasio tenaga perawat geriatri.

Data semacam ini bukan hanya alat evaluasi, tetapi juga fondasi bagi kebijakan yang presisi dan berkeadilan. Dengan pelaporan rutin ke DPR, isu lansia akan tetap berada di pusat perhatian politik dan anggaran, bukan tersisih oleh agenda pembangunan yang lebih populer.

Kedua, pendanaan perlindungan lansia harus dibangun di atas prinsip gotong royong yang berkelanjutan. Negara perlu mendirikan Dana Perawatan Jangka Panjang yang bersumber dari tiga pilar fiskal: iuran progresif pekerja formal yang terintegrasi dengan BPJS Ketenagakerjaan, alokasi keuntungan Dana Abadi Pemerintah sebagai bentuk investasi sosial, serta pajak khusus pada produk berisiko seperti rokok dan minuman berpemanis.

Pendekatan ini bukan sekadar mencari sumber dana, tetapi menciptakan mekanisme solidaritas lintas generasi yang menjamin keberlanjutan sistem. Pengalaman negara seperti Thailand menunjukkan bahwa sin tax (pajak khsusus) dapat menjadi instrumen efektif untuk mendanai promosi kesehatan dan perlindungan kelompok rentan (Tangcharoensathien et al., 2024).

Read Entire Article