Kabul (ANTARA) - Di berbagai penjuru Afghanistan, kisah para pengungsi yang kembali ke tanah airnya serta para pelajar mencerminkan semangat ketahanan dan pembaruan. Proses itu semakin diperkuat oleh bantuan kemanusiaan China yang datang tepat waktu serta kerja sama pendidikan yang menjangkau masyarakat luas.
Di bawah terik panas Provinsi Kabul, Banares (35), seorang pengungsi yang baru kembali, duduk di luar tempat tinggal keluarganya, sebuah tenda biru kokoh yang disumbangkan oleh China.
"Ketika kami tiba, China membantu dengan memberikan kami tenda. Jika tenda-tenda ini tidak tersedia, di mana kami akan tinggal di bawah terik matahari ini? Hidup sebagai migran dalam kondisi sekeras ini akan sangat menyiksa," katanya dengan penuh rasa syukur.
Ucapannya mewakili perasaan banyak orang lainnya. Halima (11), yang kembali bersama orang tuanya, enam saudara perempuan, dan seorang saudara laki-laki, juga mengandalkan satu tenda bantuan dari China. Meski penuh ketidakpastian, ia mengharapkan anak-anak seperti dia bisa kembali bersekolah.
"Kami sangat senang dengan China karena mereka memberi kami tenda. Dulu saya pernah bersekolah dan sekarang saya berharap bisa melanjutkan pendidikan saya," katanya sambil tersenyum malu-malu.
Kementerian Pengungsi dan Repatriasi Afghanistan menegaskan urgensi dari bantuan semacam itu. Juru bicara kementerian Abdulmutallab Haqqani mengatakan bantuan dari China memungkinkan para pengungsi untuk memulai kembali hidup mereka, berintegrasi kembali ke dalam masyarakat, dan mendapatkan kembali martabat mereka.
"Tidak diragukan lagi bahwa ketika para pengungsi kembali ke Afghanistan dan menetap di sini, mereka menghadapi banyak tantangan. Pada saat-saat seperti ini, sangat dibutuhkan berbagai layanan. Dalam hal ini, China telah memberikan bantuan yang signifikan kepada Kementerian Pengungsi, termasuk kendaraan, selimut, dan tenda, yang telah kami distribusikan di titik-titik perbatasan dan kirimkan ke provinsi-provinsi," ujarnya.
Bagi beberapa pengungsi, perjalanan pulang sangatlah berat. Raz Mohammad Sulaimani menghabiskan tiga hari di kamp pengungsian sebelum tiba di Kabul.
"Ketika kami tiba, satu-satunya tempat berteduh yang menunggu kami adalah tenda-tenda yang diberikan oleh China. Tidak ada negara lain yang membantu kami seperti ini. Meskipun tenda-tenda itu memberikan bantuan langsung, para pengungsi masih menghadapi banyak tantangan, termasuk mencari tempat tinggal, makanan, dan pekerjaan setelah kembali ke provinsi asal," katanya.
Para pekerja bantuan dan sopir yang berinteraksi setiap hari dengan para pengungsi juga menyaksikan kesulitan serupa. Amruddin, seorang sopir yang mengangkut keluarga-keluarga, menekankan peran penting bantuan China.
"Kebanyakan pengungsi tidak punya uang, tidak punya pekerjaan, dan tidak punya tempat tinggal. Tenda-tenda dari China sangat penting, memberikan tempat berteduh sementara dan harapan," katanya.
Bantuan China di Afghanistan menggabungkan bantuan kemanusiaan darurat dengan investasi pendidikan jangka panjang. Sementara tenda, makanan, dan selimut memenuhi kebutuhan mendesak, sekolah, beasiswa, dan program pelatihan membuka jalan menuju pertumbuhan masa depan.
Direktur Eksekutif di Institut Konfusius Universitas Kabul Wahidullah Halimi menyoroti kontribusi China dalam bidang pendidikan.
"Proyek infrastruktur seperti wisma tamu, Departemen Bahasa dan Sastra China, gedung pengajaran umum, dan auditorium merupakan langkah-langkah kunci," katanya.
Ia melanjutkan "Beasiswa dan program akademik yang ditawarkan kepada 60 mahasiswa berprestasi pada 2023 dan 2024 memberikan mereka kesempatan untuk belajar di China. Selama 15 tahun terakhir, antara 20 hingga 50 mahasiswa Afghanistan setiap tahunnya mendapat kesempatan untuk belajar di China, meningkatkan perkembangan akademik sekaligus pemahaman lintas budaya."
Dari kamp pengungsian berdebu hingga ruang kuliah di Universitas Kabul, kehadiran China di Afghanistan terasa baik dalam bentuk bantuan langsung maupun peluang jangka panjang.
Pewarta: Xinhua
Editor: Benardy Ferdiansyah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.