Managing Director Stakeholders Management Danantara Indonesia, Rohan Hafas, mengatakan sudah ada 43 BUMN yang diperbaiki laporan hingga manajemen bisnisnya dalam 8 bulan sejak Danantara resmi dibentuk pada Februari 2025.
"DAM sudah banyak yang dikerjakan, sudah ngebut sekali. Jadi sudah ada 43 perusahaan BUMN yang diperbaiki, ditingkatkan semuanya ya daya saing, manajerial, untuk dia bisa berkiprah, menghasilkan untung dan sebagainya," ungkap Rohan saat Coffee Morning, Jumat (31/10).
Rohan mengatakan, beberapa perusahaan yang dibereskan Danantara meliputi PT Aviasi Pariwisata Indonesia (InJourney), PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), hingga PT Semen Indonesia Tbk (SMGR).
Khusus Semen Indonesia, dia menyebutkan Danantara mencoba menahan laju kerugian perusahaan yang mengalami penurunan laba bersih 92 persen pada semester I 2025 menjadi Rp 39,97 miliar.
"Ada satu hal krusial yang dilakukan Danantara untuk membalikan itu dalam berapa bulan dia sekarang sudah kick back, sudah makin besar untungnya. Hanya hal-hal simple, itu yang dilakukan jadi model bisnis, cara berbisnisnya itu dibalik," jelas Rohan.
Kemudian Krakatau Steel, Rohan menuturkan Danantara juga akan segera memfinalisasi rencana bisnis yang menjadi beban perusahaan, misalnya investasi pabrik blast furnace yang sempat menjadi kontroversi karena mangkrak.
"Krakatau Steel akan segera finalisasi, bongkar habis, enggak pernah untung, enggak pernah bagus dan efisien. Dia punya banyak persoalan dari investasi yang enggak pas ada namanya blast furnace," tegasnya.
Rohan menyebutkan Krakatau Steel merupakan salah satu perusahaan baja terbesar dan terlengkap di dunia, karena memiliki fasilitas mulai dari pelabuhan, pembangkit, hingga pengolahan air.
"Untuk menutupi kehidupannya, dipenggal-penggal mulai dijual pengolahan airnya dan seterusnya, hampir hilang pelabuhannya. Padahal modal utama itu pelabuhan paling dalam di Indonesia, itu enggak dimiliki di tempat lain," jelas Rohan.
Perbaikan bisnis BUMN lainnya, lanjut Rohan, juga meliputi lini bisnis perhotelan yang awalnya tersebar di beberapa BUMN, kemudian disatukan di bawah naungan InJourney. Selanjutnya bisnis rumah sakit kini dikelola di bawah Holding Rumah Sakit BUMN Indonesia Healthcare Corporation (IHC).
Dengan begitu, dia memastikan jumlah BUMN, beserta anak, cucu, hingga cicit yang berjumlah 1.063 perusahaan, akan terus dipangkas. Pasalnya, perusahaan yang memiliki bisnis inti hanya sekitar 400.
"Jadi nanti 1.063 (BUMN) pelan-pelan akan ada yang menyusut. Kenapa? Karena banyak anak, cucu, cicit perusahaan dari 1.063, mungkin yang core-nya cuma 400 sampai 600. Yang lainnya, anak, cucu, cicit perusahaan. Bahkan anaknya si cicit," tutur Rohan.

14 hours ago
10







































