
Jemaah haji asal Indonesia banyak yang tersesat sepulang dari melempar jumrah di Jamarat, Sabtu (6/7).
Yang jadi penyebabnya, pertama, adalah ditutupnya sejumlah perlintasan sehingga membuat jemaah harus menempuh rute memutar—berjalan kaki lebih dari 10 kilometer untuk kembali ke tendanya.
Penyebab kedua adalah tidak terlihat banyak petugas haji Indonesia yang siaga di sepanjang jalur dari dan menuju Jamarat.
"Saya dan rombongan kemarin harus berjalan berkeliling lebih dari 10 km untuk kembali ke tenda, banyak jalan yang ditutup. Kami hanya mengandalkan Google Maps, bertanya pada petugas tapi tidak melihat petugas dari Indonesia di sepanjang jalur keluar Jamarat," kata jemaah asal Yogya, Iwan.
Ia melanjutkan, "Yang tersesat bukan hanya kami. Saya bertemu jemaah dari berbagai negara termasuk Malaysia yang kebingungan saat akan kembali ke tendanya setelah melempar jumrah."
Banyak Orang Tua Tidak Kuat

Banyak jemaah melakukan lempar jumrah menjelang magrib, namun justru di saat itulah banyak jalan persimpangan menuju tenda yang ditutup.
Alhasil, banyak orang tua yang tidak kuat, bahkan ada yang terpaksa membayar jasa kursi roda 300 Riyal Saudi atau sekitar Rp 1,3 juta.
Disoroti Timwas Haji

Anggota Tim Pengawas Haji Saan Mustopa menyoroti keberadaan para petugas haji yang tidak nampak bersiaga menangani masalah tersebut.
"Saya berharap bahwa nanti di setiap titik-titik dalam perjalanan lempar jumrah ini, sampai mereka (jemaah) menuju tendanya, keberadaan petugas itu penting untuk di setiap titik ada," kata Saan yang merupakan Wakil Ketua DPR RI itu.
Mengapa harus ada?
"Agar bisa mengarahkan jemaah supaya tidak salah jalan, tidak salah informasi, dan tidak berpikir ada jalan pintas menuju tenda penginapan mereka," ujar politikus Partai NasDem itu.