Muncul Kode 'Kamar' di Kasus Suap Ketua PN Surabaya, Apa Maksudnya?

1 month ago 27
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Terdakwa kasus dugaan suap vonis bebas Gregorius Ronald Tannur, Lisa Rachmat bersiap mengikuti sidang vonis di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Rabu (18/6/2025).  Foto: Rivan Awal Lingga/ANTARA FOTOTerdakwa kasus dugaan suap vonis bebas Gregorius Ronald Tannur, Lisa Rachmat bersiap mengikuti sidang vonis di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Rabu (18/6/2025). Foto: Rivan Awal Lingga/ANTARA FOTO

Sekuriti PN Surabaya, Sepyoni Nur Khalida, mengungkap ada kode yang digunakan saat menerima transferan uang dari pengacara Ronald Tannur, Lisa Rachmat. Uang itu kemudian dibagikan menggunakan kode 'kamar'.

Hal itu diungkapkan Sepyoni saat dihadirkan sebagai saksi kasus dugaan suap vonis bebas Ronald Tannur di Pengadilan Tipikor Jakarta, Jumat (20/6). Duduk sebagai terdakwa ialah mantan Ketua PN Surabaya, Rudi Suparmono.

Awalnya, jaksa penuntut umum (JPU) menampilkan bukti percakapan Sepyoni dengan Lisa melalui aplikasi pesan singkat. Di situ, terdapat sebuah bukti pengiriman uang sejumlah Rp 25 juta.

"Ini sepertinya transferan uang ya, benar?" tanya jaksa.

"Iya, benar," jawab Sepyoni.

Sepyoni menjelaskan, Lisa pernah mentransfer uang sebesar Rp 25 juta ke rekeningnya. Kemudian Sepyoni diminta untuk membagikan uang itu kepada beberapa pejabat PN Surabaya dengan menggunakan istilah jumlah kamar.

"Soal transfer Rp 25 juta, 'Panmud Pidana 10 kamar, Yudi 5 kamar, masih 10 kamar. Kamu tunggu ibu tanggal 1'. Itu chat dari siapa?" cecar jaksa.

"Dari Bu Lisa," timpal Sepyoni.

Jaksa kemudian mendalami soal istilah 'kamar'. Sepyoni mengatakan, istilah jumlah kamar yang disampaikan Lisa sebagai nominal uang dalam jutaan rupiah.

"Bisa saudara jelaskan itu terkait sama tulisan 'Panmud Pidana 10 kamar, Yudi 5 kamar', itu maksudnya apa?" tanya jaksa.

"Ya itu disuruh menyerahkan ke Panmud Pidana Ro 10 juta. Kalau menurut saya itu Rp 10 juta, soalnya nominalnya pas kalau saya itu," jelas Sepyoni.

Uang itu lantas dibagi-bagikan Sepyoni kepada Panitera Muda Pidana (Panmud) PN Surabaya, Uji Astuti senilai Rp 10 juta; staf Panmud PN Surabaya, Yudi Rp 5 juta; dan kepada Panitera Pengganti (PP) PN Surabaya, Siswanto Rp 10 juta.

"Terus uang tersebut sudah diserahkan kepada masing-masing yang disebutkan di atas?" tanya jaksa.

"Tinggal Pak Siswanto yang tidak mau menerima," ucap Sepyoni.

"Pak Siswanto tidak mau menerima. Tapi sisanya sudah diberikan?" cecar jaksa.

"Iya," jawab Sepyoni.

Sepyoni mengaku kemudian diminta oleh Lisa untuk menyimpan uang Rp 10 juta yang ditolak oleh Siswanto. Jaksa lalu mendalami tujuan pemberian uang tersebut.

"Untuk apa? Untuk perkara kah? Atau untuk apa? Saudara tahu?" tanya jaksa.

"Ya kalau saya, menurut saya itu karena setelah keputusannya perkara pidana," ucap Sepyoni.

"Oh uang ini di transfer setelah putusan perkara Ronald Tannur?" tanya jaksa mempertegas.

"Siap," timpal Sepyoni

Ronald Tannur adalah pelaku penganiayaan hingga tewas kekasihnya, Dini Sera Afrianti. Meski demikian, Ronald Tannur divonis bebas oleh Pengadilan Negeri Surabaya.

Belakangan terungkap bahwa majelis hakim menjatuhkan vonis bebas karena diduga sudah menerima suap Rp 4,7 miliar. Pemberinya adalah Ibu Ronald Tannur, Meirizka, dan pengacara Ronald Tannur, Lisa Rachmat.

Pada tingkat kasasi, hakim memutuskan bahwa Ronald Tannur bersalah dan dijatuhi hukuman 5 tahun penjara. Namun, terungkap juga diduga ada upaya suap kepada Hakim Agung agar putusan kasasi tetap membebaskan Ronald Tannur.

Pihak yang mengaturnya diduga adalah Lisa Rachmat bersama mantan pejabat Mahkamah Agung, Zarof Ricar. Keduanya menyiapkan uang Rp 5 miliar. Namun, Kejaksaan Agung yang mengusut perkara ini menilai uang belum sempat diserahkan. Sehingga hanya diterapkan pemufakatan jahat.

Read Entire Article