Film ini tidak sekadar hadir, tetapi mengetuk pintu hati penonton lewat kisah sederhana yang mengandung makna mendalam mengenai perjuangan seorang ibu tunggal yang menghadapi kerasnya hidup untuk menghidupi anaknya.
Kisah Sederhana yang Menyuarakan Banyak Hal
Film ini mengisahkan perjuangan Arze, seorang ibu tunggal yang tinggal bersama saudari perempuannya bernama Layla, dan membesarkan anak laki-lakinya, Kinan. Untuk menyambung hidup, Arze menjual pie isi sayuran yang dimasaknya sendiri.
Arze dihadapkan pada hidup yang penuh tekanan, anak yang kurang bertanggung jawab, saudara yang tenggelam dalam trauma, hingga kondisi negara yang terus bergolak jadi konflik tersendiri dalam film ini.
Konflik memuncak ketika motor hasil gadai gelang saudara kandungnya dicuri, Arze tidak menyerah pada nasib. Ia memilih mencarinya sendiri, tanpa bantuan polisi ke seluruh kota. Di sinilah Arze berubah menjadi perjalanan spiritual dan emosional tentang kehilangan, harapan, dan cinta yang tak pernah pamrih.
Penampilan yang jujur dan menyentuh dari
Diamand Abou Abboud sebagai Arze membuat film ini semakin lengkap. Ia tidak menjadikan Arze sebagai sosok korban yang menye-menye, namun justru membentuknya sebagai perempuan tangguh yang terus melangkah meski hidup tak memberinya petunjuk.
Di sisi lain, Bilal Al Hamwi sebagai Kinan memberi dimensi berbeda dalam film. Sosok remaja pencari jati diri yang penuh ambisi, namun kurang arah memunculkan adanya ketegangan dan cinta antara ibu dan anak. Layaknya kehidupan nyata, hubungan mereka tidak melulu indah, tapi selalu bermakna.
Dengan latar Lebanon yang sedang dilanda krisis politik dan ekonomi, Arze memilih tidak berteriak soal keadaan. Ia justru memotret dampaknya dari sudut rumah-rumah kecil kelas menengah yang bertahan di tengah gempuran kondisi Lebanon yang tak menentu.
Hal ini menjadi kekuatan tersendiri bagi film ini, mikro tapi bermakna luas. Apa yang dirasakan Arze sebagai ibu tunggal bisa dirasakan siapa saja, di mana saja. Termasuk kita di Indonesia.
Keputusan yang Arze ambil sering kali terasa begitu emosional, kadang keliru, namun manusiawi. Arze memberi ruang bagi setiap karakter untuk belajar dari kesalahan dan memaknai kesempatan kedua. Bukan dalam bentuk happy ending ala dongeng, tapi dalam bentuk pelukan hangat, air mata jujur, dan keberanian untuk pulang ke rumah.
Film yang Mengajak Kita Melihat Keluarga, Bukan Sekadar Menontonnya
Tak semua orang akan mudah mencintai Arze. Film ini tidak menghadirkan alur cepat atau twist yang mengejutkan. Namun, bagi mereka yang bersedia mendengarkan, Arze akan memeluk hati anda perlahan dan dalam. Di balik cerita tentang pie dan motor curian, film ini sejatinya bercerita tentang satu hal yang paling murni, cinta tanpa syarat dalam keluarga.
Arze adalah sebuah puisi tentang hidup dan cinta, dibalut dalam realisme sosial yang menyentuh. Film ini adalah pengingat bahwa keluarga, meski tak sempurna, adalah rumah tempat kita kembali.