Phnom Penh (ANTARA) - Pertemuan Pemimpin Global tentang Perempuan (Global Leaders' Meeting on Women) mendatang akan menjadi kesempatan penting bagi dunia untuk memperbarui komitmen bersama terhadap kesetaraan gender dan pembangunan inklusif, ungkap Menteri Urusan Perempuan Kamboja Ing Kantha Phavi.
Dijadwalkan berlangsung di Beijing pada 13-14 Oktober, konferensi tingkat tinggi (KTT) itu akan diselenggarakan bertepatan dengan peringatan 30 tahun Konferensi Dunia tentang Perempuan (World Conference on Women) 1995 yang juga digelar di kota yang sama.
"Acara bersejarah ini merupakan sebuah kesempatan untuk menegaskan kembali komitmen bersama kita terhadap kesetaraan gender dan pembangunan inklusif, terutama di seluruh Global South," ujarnya dalam wawancara dengan Xinhua belum lama ini.
Pertemuan Pemimpin Global tentang Perempuan (Global Leaders' Meeting on Women) mendatang tidak hanya menjadi ajang perayaan tiga dekade kemajuan, tetapi juga landasan bagi kolaborasi dan inovasi di masa mendatang terkait pemberdayaan perempuan, tutur menteri urusan perempuan Kamboja.
KTT itu tidak hanya menjadi ajang perayaan tiga dekade kemajuan, tetapi juga landasan bagi kolaborasi dan inovasi di masa mendatang terkait pemberdayaan perempuan, tutur Phavi.
Dalam 30 tahun terakhir, China secara konsisten menjunjung tinggi semangat Deklarasi Beijing dan Landasan Aksi (Platform for Action), memberikan kontribusi global yang signifikan dan luas bagi pemberdayaan perempuan, termasuk di antaranya pengembangan kapasitas, kesehatan ibu dan anak, dukungan finansial, serta inklusi digital.
Phavi menyatakan hampir 10 persen wanita dan anak perempuan di seluruh dunia masih hidup dalam kemiskinan ekstrem, yang membatasi akses mereka ke pendidikan, perawatan kesehatan, dan peluang ekonomi, sementara lebih dari 600 juta wanita dan anak perempuan menghadapi konflik dan ketidakstabilan.
"Kekerasan terhadap perempuan, diskriminasi, dan ketimpangan ekonomi masih marak terjadi, terutama dalam pasar tenaga kerja informal dan komunitas yang kurang terlayani," ujar menteri tersebut.
"Melalui solidaritas, inovasi, dan kepemimpinan bersama, negara-negara di Global South dapat berperan dalam membentuk masa depan di mana perempuan dapat berkembang, memimpin, dan mentransformasi komunitas mereka," urainya.
Kreativitas, ketangguhan, dan kepemimpinan perempuan China terus mendorong pembangunan di negara tersebut, tuturnya.
"Kami terinspirasi oleh upaya China untuk mendorong kepemimpinan perempuan dalam teknologi digital, AI, dan pendidikan STEM, membuka potensi mereka sebagai inovator dan pembuat perubahan," ujar Phavi.
Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.