REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung, Jawa Barat, masih menunggu hasil uji beban (loading test) sebelum memutuskan membongkar Teras Cihampelas tahap dua yang membentang sepanjang 250 meter ke arah jembatan layang Pasupati. Wali Kota Bandung Muhammad Farhan mengatakan hasil uji beban nantinya akan menjadi dasar utama untuk memastikan kondisi struktur bangunan secara teknis dan hukum sebelum pengambilan keputusan untuk melakukan pembongkaran.
“Kalau memang ternyata hasil loading test resmi itu menunjukkan hasil yang kurang dari 100 persen, maka saya punya alasan untuk membongkar,” kata Farhan di Bandung, Selasa.
Farhan mengungkapkan hingga saat ini Teras Cihampelas tidak memiliki Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) maupun Sertifikat Laik Fungsi (SLF). Menurutnya, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) telah menyatakan Teras Cihampelas merupakan bangunan, bukan jalan atau jembatan, sehingga wajib memiliki PBG dan SLF.
“Tidak ada PBG-nya, tidak ada Sertifikat Laik Fungsi-nya. Jadi memang secara aturan harus dibongkar,” ujar Farhan.
Namun dia menyebutkan pembongkaran tidak dapat dilakukan secara tergesa-gesa, karena masih perlu kajian teknis lebih lanjut, termasuk menentukan bagian mana yang harus dibongkar. “Kalau mau menyatakan bongkar, pertanyaannya apanya yang dibongkar. Secara teknis tentu nanti ditentukan oleh ahli,” katanya.
Farhan menegaskan apabila pembongkaran dilakukan, maka Pemkot Bandung yang akan bertanggung jawab melaksanakannya. Namun sebelum itu hasil kajian teknis akan diajukan terlebih dahulu kepada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk memastikan aspek legal pembongkaran.
“Kita lagi penelitian dulu. Kalau penelitiannya sah, benar, bisa diakui secara hukum, kita ajukan kepada DJKN, apakah boleh dibongkar atau tidak,” kata Farhan.
Lebih lanjut ia mengungkapkan Teras Cihampelas tahap dua telah ditutup sejak akhir Maret yang saat ini tidak lagi boleh diakses masyarakat. Farhan menambahkan penutupan dilakukan setelah ia merasakan langsung getaran atau goyangan pada struktur saat kegiatan yang dihadiri ratusan orang.
“Meski ditutup, perawatan tetap ada. Karena kalau tidak ada perawatan, nanti kalau rusak, jatuh, kena orang, rusak,” katanya.
sumber : Antara

1 day ago
8






































