Relapse Narkoba: Mengapa Seseorang Bisa Kembali Menggunakan Zat yang Sama?

2 days ago 10
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
 Orawan Pattarawimonchai/ShutterstockIlustrasi rehabilitasi narkoba. Foto: Orawan Pattarawimonchai/Shutterstock

Pernahkah kita berpikir mengapa seseorang yang telah berhenti mengonsumsi narkoba dapat kembali melakukannya, meskipun mereka sangat menyadari konsekuensi buruknya? Mereka memahami segala risiko yang ada, mengetahui akibatnya, bahkan merasakan sakit yang pernah mereka alami. Namun, dalam situasi tertentu, keinginan untuk kembali menggunakan itu muncul. Fenomena ini disebut sebagai relapse.

Di dalam dunia pemulihan dari kecanduan, relapse bukan hanya dianggap sebagai “kegagalan,” tetapi lebih kepada bagian dari proses yang kompleks. Di tengah berbagai tekanan hidup, stres, permasalahan hubungan, atau emosi yang tidak terkelola, otak sering mencari cara cepat untuk kembali kepada sesuatu yang sebelumnya terasa “menolong,” meskipun sebenarnya itu merugikan. Jadi, mengapa zat berbahaya dapat terasa menarik kembali?

Relapse sebagai Coping Mechanism

Dalam psikologi, mekanisme koping adalah cara seseorang menghadapi stres dan emosi yang tidak menyenangkan. Bagi beberapa mantan pengguna narkoba, zat adiktif dulunya adalah alat koping utama mereka. Ketika emosi meluap, cemas, sedih, marah, atau merasa hampa, otak memproses bahwa narkoba dahulu mampu memberikan perasaan lega, meskipun hanya untuk sementara.

Permasalahannya, ingatan emosional ini tertanam kuat dalam otak. Saat menghadapi situasi sulit dan cara koping yang sehat belum cukup kuat, otak bisa "menawarkan" narkoba sebagai solusi instan. Inilah yang membuat relapse sering terasa tiba-tiba dan bukan sebagai keputusan yang sepenuhnya logis.

Familiaritas dan Rasa “Aman” yang Menipu

Relapse sering kali terjadi bukan karena pengalaman baru, tetapi justru akibat sesuatu yang sudah sangat dikenal. Zat yang familiar, sensasi yang dikenali, dan pola yang sudah ada. Familiaritas ini menciptakan ilusi rasa aman: “Aku sudah paham efeknya,” atau “Hanya sekali saja. ” Padahal, justru karena kenyamanan inilah relapse menjadi berbahaya.

Otak cenderung memilih hal-hal yang sudah dikenalnya ketika berada dalam tekanan. Mirip dengan seseorang yang memilih rutinitas lama saat stres, mantan pengguna narkoba bisa kembali terperangkap dalam pola lama yang dahulu memberikan rasa nyaman palsu.

Peran Emosi dan Efikasi Diri

Secara psikologis, relapse sangat berkaitan dengan efikasi diri, yaitu keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk mengendalikan tindakan dan menghadapi situasi sulit. Ketika efikasi diri menurun, putus asa, atau gagal, kemungkinan untuk relapse meningkat. Sebaliknya, seseorang dengan efikasi diri yang tinggi cenderung lebih mampu menahan keinginan untuk menggunakan kembali, bahkan dalam kondisi stres yang berat.

Relapse juga sering kali disebabkan oleh emosi yang tidak dikelola dengan baik. Tidak hanya emosi negatif, tetapi juga emosi positif tertentu, seperti perasaan euforia yang berlebihan atau rasa percaya diri yang terlalu tinggi, dapat membuat seseorang lengah terhadap batas kemampuannya sendiri.

Relapse Bukan Akhir, tapi Sinyal

Penting untuk dipahami bahwa relapse bukanlah indikator dari kelemahan karakter, melainkan sinyal bahwa ada kebutuhan psikologis yang belum terpenuhi. Relapse menunjukkan bahwa individu masih perlu memperkuat strategi koping, dukungan sosial, dan keyakinan pada diri sendiri.

Dalam konteks psikologis, memahami relapse membantu kita melihat pemulihan sebagai proses jangka panjang, bukan sesuatu yang linear. Sama seperti mekanisme koping lainnya, keputusan untuk kembali menggunakan zat adalah usaha otak untuk bertahan, meskipun dengan cara yang salah. Dengan pemahaman ini, pendekatan pemulihan dapat lebih bersifat empatik, realistis, serta berfokus pada penguatan diri daripada sekadar menghindari kegagalan.

Read Entire Article