Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pertemuan tingkat tinggi dengan para pejabat Kementerian Pertahanan pada Rabu (17/12), menyebut seruan di Barat untuk bersiap menghadapi perang dengan Rusia sebagai “histeria dan kebohongan”.
Namun, Putin menegaskan bahwa tujuan perang Kremlin melawan Ukraina “tanpa diragukan” akan tercapai, seraya menambahkan bahwa sekitar 300 wilayah telah “dibebaskan” sepanjang tahun lalu.
Presiden Rusia itu kembali menyatakan bahwa Moskow lebih memilih menangani apa yang disebutnya sebagai akar penyebab konflik melalui jalur diplomasi, tetapi tetap siap “mencapai pembebasan tanah-tanah bersejarahnya dengan cara militer” jika Barat menolak perundingan yang substansial.
Pernyataan tersebut disampaikan sehari sebelum para pemimpin Uni Eropa berkumpul dalam sebuah KTT untuk membahas kemungkinan kesepakatan penggunaan sebagian dari 210 miliar euro (sekitar US$246 miliar) aset bank sentral Rusia yang berada di Eropa guna memenuhi kebutuhan ekonomi dan militer Ukraina.
“Satu hal yang sangat, sangat jelas,” kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen kepada para anggota parlemen Uni Eropa pada Rabu. “Kita harus mengambil keputusan untuk mendanai Ukraina selama dua tahun ke depan dalam Dewan Eropa ini.”
Presiden Dewan Eropa António Costa, yang akan memimpin KTT tersebut, berjanji akan terus mendorong para pemimpin bernegosiasi hingga tercapai kesepakatan, meski prosesnya bisa memakan waktu berhari-hari.
Para pejabat Uni Eropa ingin menggunakan aset yang dibekukan itu untuk menjamin pinjaman “reparasi” senilai 90 miliar euro (sekitar US$105 miliar) bagi Ukraina.
Namun, di tengah kekhawatiran bahwa gagasan tersebut berada di wilayah hukum yang rapuh dan berpotensi merusak kepercayaan investor terhadap pasar Eropa, Belgia, Italia, dan beberapa negara lain dari blok 27 anggota Uni Eropa menyatakan penolakan atau keberatan serius.
Berbicara di parlemen Italia pada Rabu, Perdana Menteri Giorgia Meloni mengatakan perundingan di Berlin berlangsung “konstruktif” dan menuduh Rusia mengajukan tuntutan yang “tidak masuk akal” untuk mempertahankan wilayah Ukraina sebagai bagian dari potensi kesepakatan.
Namun ia mengakui bahwa menemukan dasar hukum untuk menggunakan aset Rusia yang dibekukan guna membantu pendanaan Ukraina masih “jauh dari mudah”, dan menegaskan bahwa Roma memerlukan landasan hukum yang kuat untuk setiap tindakan yang diusulkan.
Sementara itu, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengatakan kepada House of Commons pada Rabu bahwa pemerintahnya akan secara resmi mengeluarkan instruksi untuk menyalurkan dana sebesar 2,5 miliar pound sterling (sekitar US$3,3 miliar) dari hasil penjualan klub sepak bola Chelsea FC oleh Roman Abramovich untuk tujuan kemanusiaan di Ukraina.
Miliarder Rusia tersebut, yang menjual klub itu pada 2022 di bawah tekanan pemerintah Inggris setelah Rusia menginvasi Ukraina, harus “membayar”, kata Starmer.

18 hours ago
8






































