Jakarta (ANTARA) - Vertigo adalah kondisi yang kerap kali disalahartikan sebagai pusing biasa. Padahal, vertigo memiliki gejala khas berupa sensasi berputar, baik pada diri sendiri maupun lingkungan sekitar, yang bisa berlangsung dalam hitungan detik hingga beberapa hari. Gejala ini sering kali disertai mual, muntah, gangguan keseimbangan, dan bahkan gangguan penglihatan.
Vertigo bukan merupakan penyakit yang berdiri sendiri, melainkan gejala dari gangguan kesehatan tertentu, baik pada telinga bagian dalam maupun sistem saraf pusat. Meskipun bukan kondisi yang mengancam jiwa secara langsung, vertigo bisa sangat mengganggu aktivitas sehari-hari, terutama jika terjadi secara tiba-tiba.
Gejala vertigo yang perlu diwaspadai
Seseorang yang mengalami vertigo biasanya akan merasakan satu atau lebih gejala berikut:
- Sensasi distorsi gerak seperti berputar, terombang-ambing, atau tertarik ke satu arah
- Merasa seolah-olah benda di sekitar berputar
- Mual dan muntah
- Sakit kepala
- Berkeringat berlebihan
- Pendengaran menurun
- Telinga berdengung (tinnitus)
- Pergerakan mata tidak terkendali (nistagmus)
Gejala-gejala ini biasanya muncul saat penderita mengubah posisi tubuh, seperti bangkit dari duduk atau menoleh secara tiba-tiba. Durasi vertigo pun bervariasi, dari beberapa detik hingga berhari-hari, dan gejala bisa bersifat hilang-timbul.
Baca juga: Pusing pertanda vertigo, apa cirinya?
Prosedur diagnosis vertigo
Untuk mendiagnosis vertigo secara tepat, dokter akan melakukan beberapa tahapan pemeriksaan, yakni:
1. Peninjauan riwayat medis
Dokter akan menanyakan keluhan yang dirasakan, seperti frekuensi, durasi, dan pemicu vertigo, serta memeriksa riwayat kesehatan pasien dan faktor risiko yang mungkin dimiliki.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan apakah vertigo disebabkan oleh gangguan sistem keseimbangan perifer (telinga bagian dalam) atau pusat (otak). Pemeriksaan dapat mencakup:
- Struktur telinga dan pendengaran
- Fungsi saraf dan pergerakan mata
- Detak jantung dan tekanan darah
- Tes khusus seperti manuver Dix-Hallpike
3. Pemeriksaan penunjang
Jika diperlukan, dokter dapat merekomendasikan pemeriksaan tambahan seperti tes gula darah, CT scan, MRI, atau MRA. Pemeriksaan ini penting bila terdapat dugaan gangguan pada sistem saraf pusat, misalnya tumor atau stroke.
Baca juga: Rekomendasi obat vertigo
Penanganan vertigo: Terapi, obat, dan pembedahan
Penanganan vertigo tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Umumnya, metode penanganan terbagi ke dalam tiga pendekatan utama:
1. Terapi fisik
Terapi seperti canalith repositioning maneuvers dapat digunakan untuk mengobati vertigo akibat BPPV (Benign Paroxysmal Positional Vertigo). Terapi ini melibatkan gerakan kepala dan tubuh untuk memindahkan partikel kalsium dari telinga dalam ke tempat yang tidak mengganggu keseimbangan.
Selain itu, jenis terapi lainnya seperti vestibular rehabilitation therapy juga direkomendasikan untuk penderita vertigo berulang. Tujuannya adalah memperkuat sistem vestibular dan melatih indra tubuh lainnya untuk membantu keseimbangan.
2. Pengobatan dengan obat-obatan
Obat anti-mual dan obat penenang sistem vestibular bisa digunakan untuk meredakan gejala. Untuk kasus vertigo akibat infeksi, dokter mungkin akan meresepkan antibiotik atau steroid. Sementara untuk penyakit Meniere, obat diuretik dapat membantu mengurangi tekanan cairan di telinga bagian dalam.
3. Terapi bedah
Tindakan pembedahan menjadi pilihan apabila vertigo disebabkan oleh gangguan di otak atau leher, seperti tumor. Pembedahan juga dipertimbangkan apabila metode non-bedah tidak menunjukkan perbaikan.
Baca juga: Kenali keluhan vertigo mendadak yang mengarah pada gejala stroke
Langkah pencegahan vertigo
Meskipun tidak selalu bisa dicegah, risiko mengalami vertigo dapat diminimalisir dengan gaya hidup sehat, antara lain:
1. Rutin berolahraga
Gerakan tubuh yang aktif membantu distribusi partikel kalsium dari telinga ke seluruh tubuh.
2. Menjaga cairan tubuh
Dehidrasi dapat memicu vertigo. Konsumsi air putih yang cukup penting untuk menjaga sirkulasi dan oksigenasi otak.
3. Merawat kesehatan telinga
Lakukan pemeriksaan telinga secara berkala untuk mencegah penumpukan serumen (kotoran telinga) yang bisa mengganggu keseimbangan.
Baca juga: Dokter saraf jelaskan perbedaan sakit kepala migrain dengan vertigo
Tips praktis mengatasi vertigo
Selain pengobatan medis, berikut tiga tips praktis yang dapat diterapkan saat vertigo menyerang:
1. Hindari gerakan mendadak
Bergerak perlahan saat bangun dari tempat tidur atau saat mengubah posisi kepala. Hal ini dapat mengurangi gejala vertigo.
2. Tingkatkan kesadaran tubuh
Meditasi, tidur cukup, dan konsumsi makanan bergizi dapat membantu tubuh lebih waspada dan menghindari serangan vertigo mendadak.
3. Jaga kesehatan gigi
Masalah pada gigi dapat memicu gangguan sistem saraf secara tidak langsung. Oleh karena itu, menjaga kebersihan dan kesehatan gigi juga penting untuk mencegah vertigo.
Vertigo bukan sekadar pusing biasa, tetapi merupakan kondisi medis yang bisa memengaruhi kualitas hidup. Penanganan yang tepat dan gaya hidup sehat dapat membantu mencegah serta mengendalikan gejalanya. Jika Anda mengalami vertigo yang berulang atau semakin parah, segera konsultasikan dengan dokter spesialis untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang sesuai.
Baca juga: Mengapa vertigo bisa terjadi? Ini alasannya
Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.