Sebanyak 11 kandidat bersaing memperebutkan kursi Rektor Universitas Airlangga (Unair) periode 2025-2030. Salah satunya adalah Herri Trilaksana dari Fakultas Sains dan Teknologi.
Herri Trilaksana membawa gagasan yang lebih berfokus pada efisiensi dan kesejahteraan tenaga pendidik. Melalui visinya, Running Towards Resilient University in 2030, ia ingin memastikan dosen bisa lebih fokus meneliti tanpa terbebani administrasi akademik.
Salah satu solusinya, menyediakan bus antar-jemput dan rumah singgah bagi dosen yang rumahnya jauh.
“Dosen kita punya beban akademik yang besar. Kalau mereka harus menghabiskan waktu di perjalanan, kapan mereka bisa riset?,” ungkapnya.
Selain itu, ia juga menekankan digitalisasi pembelajaran. Ia melihat tren mahasiswa saat ini yang lebih akrab dengan platform seperti YouTube. Sehingga, ia mendorong pengajaran berbasis video agar dosen bisa lebih fleksibel.
“Mahasiswa kita sudah digital native. Kalau bisa belajar dari video, kenapa harus tatap muka terus?” tandasnya.
Gagasan itu disampaikan Herri dalam Uji Masyarakat Kampus (UMK), Kamis (13/3), yang menjadi panggung calon rektor Unair untuk menunjukkan kemampuan dan visi.
Proses UMK bertujuan untuk memperkenalkan para calon rektor kepada civitas akademika dan memberikan kesempatan bagi masyarakat kampus untuk menilai kemampuan komunikasi dan program strategis mereka.
11 calon rektor tersebut mempresentasikan visi dan misi mereka selama tiga hari pelaksanaan UMK. Ke 11 calon rektor tersebut antara lain Prof Dr Dwi Setyawan SSi MSi Apt, Prof Junaidi Khotib SSi Apt MKes PhD, Prof Dr Bambang Suharto SST MM Par, Prof Dr Muhammad Madyan SE MSi MFin.
Selanjutnya Dr. Sri Endah Nurhidayati SSos MSi, Prof Hery Purnobasuki Drs MSi PhD, Herri Trilaksana SSi MSi PhD, Prof. Badri Munir Sukoco SE MBA PhD.
Kemudian dr. Yan Efrata Sembiring SpBTKV, Prof. Muhammad Miftahussurur dr MKes SpPD-KGEH PhD, dan Prof. Dr. Koko Srimulyo Drs MSi.