Bank Indonesia (BI) memborong Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp 327,45 triliun hingga 16 Desember 2025. Langkah ini ditempuh sebagai bagian dari penguatan bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas perekonomian sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan, pembelian SBN tersebut mencakup transaksi di pasar sekunder serta program debt switching bersama Pemerintah. Kebijakan ini menegaskan sinergi erat antara otoritas moneter dan fiskal di tengah upaya menjaga stabilitas ekonomi.
“Bank Indonesia membeli SBN sebagai bentuk sinergi erat antara kebijakan moneter dan kebijakan fiskal, yang hingga 16 Desember 2025 mencapai Rp 327,45 triliun, termasuk pembelian di pasar sekunder dan program debt switching dengan Pemerintah sebesar Rp 241,99 triliun,” ujar Perry dalam konferensi pers, Rabu (17/12).
Selain pembelian SBN, BI juga terus melonggarkan kebijakan moneter melalui penurunan suku bunga acuan. Sejak September 2024 hingga November 2025, BI-Rate telah turun total 150 basis poin menjadi 4,75 persen, level terendah sejak 2022. Kebijakan ini diharapkan mempercepat penurunan suku bunga di sektor keuangan dan mendorong ekspansi kredit.
Di sisi likuiditas, BI menurunkan posisi instrumen moneter SRBI untuk memperkuat transmisi kebijakan moneter. Langkah ini menjadi bagian dari strategi operasi moneter yang lebih pro-market agar likuiditas di perbankan tetap terjaga.
“Ekspansi likuiditas rupiah juga ditempuh Bank Indonesia melalui penurunan posisi instrumen moneter SRBI dari Rp 916,97 triliun pada awal tahun 2025 menjadi Rp 735,67 triliun pada 16 Desember 2025,” kata Perry.
Bank Indonesia juga menegaskan komitmennya dalam menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah di tengah dinamika global. Pada 16 Desember 2025, rupiah tercatat berada di level Rp 16.685 per dolar AS, relatif stabil dibandingkan posisi akhir November 2025.
“Nilai tukar rupiah terkendali didukung kebijakan stabilisasi Bank Indonesia dan aliran masuk modal asing ke instrumen keuangan domestik,” ujar Perry.
Menurut Perry, stabilitas rupiah didukung oleh intervensi BI di pasar NDF, DNDF, dan pasar spot, serta pembelian SBN di pasar sekunder. Selain itu, aliran modal asing ke saham dan SRBI serta tambahan pasokan devisa dari korporasi, termasuk peningkatan konversi valas eksportir seiring penguatan kebijakan DHE SDA, turut menopang nilai tukar.
Ke depan, BI memperkirakan nilai tukar rupiah akan tetap stabil seiring imbal hasil aset domestik yang menarik, inflasi yang rendah, serta prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih terjaga.

18 hours ago
7






































