Api di Balik Runtuhnya Langit

18 hours ago 6
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Ilustrasi Poster (Sumber: Freepik)

Langit selalu bergetar setiap kali Malvin membuka matanya. Sejak bayi, ia lahir dengan cahaya di bola matanya, cahaya putih yang tak semestinya dimiliki manusia. Saat ia pertama kali menangis, ruangan tempat kelahirannya memanas, lampu minyak padam, dan udara bergetar seperti petir tanpa suara.

“Matanya… matanya bersinar!” teriak bidan ketakutan.

Ayahnya segera menutup mata bayi itu dengan kain hitam dan menunduk dalam doa.

“Dia bukan kutukan,” bisik sang ibu. “Dia hadiah.”

Namun di luar sana, dunia berpikir sebaliknya.

Saat itu, kerajaan Aerwyn sedang dilanda ketakutan. Retakan kecil pertama sudah muncul di langit utara, dan orang-orang mulai melihat cahaya aneh turun dari langit malam. Gereja kerajaan menyebarkan perintah: “Siapa pun anak yang lahir dengan mata bercahaya, adalah tanda murka para dewa.”

Mereka harus diserahkan, atau dibakar.

Ilustrasi Foto Malvin (Sumber: Freepik)

Keluarga kecil itu melarikan diri dari kota, hidup bersembunyi di hutan-hutan dingin. Malvin tumbuh dalam gelap, matanya selalu tertutup kain hitam, agar tidak ada yang tahu siapa dia. Ia belajar berjalan, berlari, bahkan menenun tanpa membuka mata.

Namun meski tertutup, matanya tetap melihat. Ia melihat dunia lewat energi, bayangan kehidupan, warna panas dari napas manusia, dan cahaya halus dari dedaunan yang tumbuh. Ia bisa merasakan setiap gerakan, setiap getaran. Dunia bagi Malvin tidak gelap, hanya berbeda.

Tahun-tahun berlalu. Keluarganya berpindah-pindah, selalu diburu oleh biarawan kerajaan yang mencari “anak bermata langit.” Suatu malam, ketika Malvin berumur sembilan tahun, para biarawan itu menemukan mereka. “Buka matanya!” teriak pemimpin mereka. “Kita harus memastikan!”

Ayah Malvin berdiri di depan pintu, menghalangi mereka. “Anakku buta. Dia bukan yang kalian cari!”. Tapi salah satu biarawan mendorong masuk. Mereka menyeret ibunya keluar, menarik kain di kepala Malvin. Cahaya kecil bocor dari sela matanya sehingga cukup untuk membuat seisi ruangan bergetar. Biarawan-biarawan itu menjerit. “Dia anak langit! Bakar dia!”

Ayahnya menebas satu dari mereka dengan parang kayu, sementara ibunya berteriak memeluk Malvin. “Tutup matamu, Nak! Jangan buka, apa pun yang terjadi!”. Mereka berlari ke luar rumah, bersembunyi di hutan basah. Tapi para biarawan membawa obor, mengejar tanpa henti. Akhirnya, di tepi sungai, mereka terpojok. Ayahnya bertarung sampai jatuh, tubuhnya terbakar oleh obor suci. Ibunya menutup Malvin dengan jubahnya, sambil berbisik di telinganya: “Kau bukan kutukan. Kau adalah cahaya terakhir manusia. Lindungi dunia, Malvin… bahkan jika dunia takkan melindungimu.” Ia mencium kening anaknya, lalu mendorongnya ke dalam sungai, agar arus membawanya menjauh.

Saat Malvin mengambang di antara arus air yang dingin, ia mendengar jeritan ibunya, jeritan yang terbakar di ingatannya seumur hidup. Keesokan paginya, ia ditemukan oleh bibinya, Liora, yang tinggal di pinggiran Aerwyn. Sejak itu, ia hidup bersama Liora dan sepupu laki-lakinya, Arlen, bocah ceria berumur lima tahun.

Bagi mereka, Malvin hanyalah keponakan buta yang baik hati. Mereka tak tahu bahwa matanya, meski tertutup, bisa melihat jauh lebih banyak dari siapa pun. Ia bisa merasakan panas tubuh mereka, kehangatan dapur, bahkan pola jantung yang berdebar. Kadang, di malam hari, ketika Liora dan Arlen tidur, Malvin membuka sedikit kain hitam di matanya dan menatap bintang. Dan setiap kali, bintang-bintang itu berdenyut seolah menjawab tatapannya.

Suatu malam, langit berubah aneh. Angin berhenti. Burung tidak berkicau. Malvin merasa dunia seperti menahan napas. “Bibi…” katanya perlahan, “sesuatu akan datang.” Liora berhenti menenun. “Kau selalu bilang begitu ketika badai tiba.” “Tidak kali ini,” jawabnya lirih. “Ini bukan badai.”

Langit benar-benar pecah. Retakan emas membentang dari ujung ke ujung cakrawala, menyala seperti luka di tubuh langit. Dari dalamnya, mata raksasa terbuka yang terlihat dingin, tanpa emosi. Makhluk-makhluk bersayap turun, membawa cahaya di tangan mereka. Orang-orang berseru memanggil nama dewa, namun cahaya yang turun bukan berkat. Itu api.

Bangunan meledak, tanah bergetar. Liora menarik Arlen dan Malvin berlari. “Ke belakang rumah!” teriaknya. “Cepat!”. Mereka berlari di antara kobaran api. Malvin menutup matanya rapat-rapat, tapi tetap bisa “melihat”, ada bentuk cahaya aneh dari makhluk langit yang berterbangan, energi mereka panas dan kasar.

Kemudian, dari langit, cahaya emas turun yang menghantam tanah tempat Liora dan Arlen berdiri. Malvin hanya semp...

Read Entire Article