Kata orang sepak bola adalah permainan rakyat. Permainan dunia. Ia sederhana, mudah dimainkan, oleh siapa saja, di mana saja.
Namun, entah mengapa, begitu frasa “sepak bola” disambung dengan kata “wanita”, semuanya jadi berbeda. Semua jadi rumit. Sulit diterima. “Kamu nggak boleh main sepak bola! Apalagi di sini!”
Perkara tersebut, juga segala kerisauan yang dialami dan dihadapi pesepak bola wanita di seluruh dunia, tak cuma dilaporkan dalam bentuk berita dan survei-survei padat. Kadang, perjalanan pesepak bola wanita itu begitu indah tersampaikan lewat media lain seperti film.
kumparanBOLANITA punya beberapa rekomendasi film yang bercerita tentang isu yang sama. Ada yang mengambil perspektif pesepak bola, ada pula yang bercerita dari sudut pandang penikmat.
Seperti apa film-film tersebut? Simak daftarnya di bawah ini:
Film ini bercerita soal perjuangan seorang perempuan menonton pertandingan Iran menjalani kualifikasi Piala Dunia 2006 melawan Bahrain.
Seperti diberitakan kumparanBOLANITA sebelumnya, Iran baru memperbolehkan penonton wanita menonton langsung timnas di stadion pada 2019 lalu. Sedangkan, untuk laga liga, wanita di Iran baru boleh menonton di stadion pada 2023 kemarin.
Nah, di film yang disutradari oleh Jafar Panahi ini, diceritakan kisah seorang perempuan yang menyamar sebagai laki-laki untuk menonton pertandingan Iran di Stadion Azadi. Setelah perjalanan panjang ia tempuh, ia ternyata ditangkap petugas di stadion.
Di situlah ternyata petualangannya baru dimulai. Kalian bisa menyaksikan film ini di Apple TV.
Freedom Fields (2018, Libya)
Freedom Fields bercerita soal tiga perempuan dengan tim sepak bola mereka yang berada di tengah gejolak lima tahun pasca-revolusi Libya.
Dibagi menjadi tiga set waktu yang berbeda, film ini menunjukkan bagaimana bara revolusi di Libya berkorbar, kemudian mati secara mengenaskan, namun tetap tumbuh secara perlahan.
Pembabak pertama berlatar di 2012, setahun setelah revolusi. Saat itu, harapan besar pada demokrasi dan kesetaraan gender membanjiri Libya.
Kemudian, babak kedua dimulai pada 2014, saat harapan itu mulai pupus, digantikan dengan keserbabingungan dan ancaman baru bernama ISIS.
Babak ketiga disambut dengan kepedih-sedihan di jiwa orang-orang Libya, yang telah menyadari bahwa harapan revolusi yang mereka dambakan ternyata berakhir dalam kegagalan. Meski begitu, bara harap itu ternyata tidak benar-benar sirna.
Kamu bisa menyaksikan film ini melalui layanan streaming Prime Video.