Jakarta -
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Direktorat Pengendalian Kerusakan Ekosistem Gambut (PKEG) mengungkapkan pentingnya menjaga lahan gambut dari kebakaran melalui kolaborasi bersama. Hal ini tak lain karena lahan gambut mudah terbakar dan luasnya mencapai 24,6 juta hektare.
Direktur PKEG, Mohammad Noor Andi Kusumah mengatakan pihaknya banyak belajar dari berbagai peristiwa kebakaran lahan gambut, salah satu yang terbesar pada periode 2015-2016. Saat itu negara tetangga dikejutkan dengan kepulan asap yang berasal dari Indonesia.
"Sekitar 2,6 juta hektare lahan terbakar, kurang lebih hampir 900 ribu hektare atau 1 juta hektare itu di gambut dan efeknya Bapak Ibu sekalian efeknya adalah kita menjadi pengekspor. Kalau ekspor produk yang unggul nggak masalah tapi itu ekspor asap ke negara tetangga yang protes dia negara tetangga," ujar Andi di Festival LIKE 2 yang diselenggarakan di JCC Senayan, Jakarta, Sabtu (10/8/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Andi menerangkan hutan gambut laiknya spons. Ia memiliki daya serap yang tinggi terhadap air. Saat musim hujan bisa menjadi penyebab banjir, namun ketika musim kemarau bisa menimbulkan kebakaran.
"Gambut berasal dari serasah serasah, pokoknya bahan-bahan organik pohon yang mungkin tertimbun ribuan tahun, ketika itu kering, kan sudah dekomposisi. Kalau sudah lama tuh beribu-ribu tahun yang lalu, isinya gas metan. Kalau gas metan sekalinya panas, jangankan orang merokok kalau panas betul bisa dengan sendirinya," papar Andi.
Pihaknya pun menekankan perlunya kokaborasi dari semua pihak termasuk masyarakat dan dunia usaha agar dapat menaati dan terus menjaga kelestarian hutan gambut.
"Kita menekankan dunia usaha untuk taat. Mangga (silakan) Anda berbisnis, berusaha perhutanan silakan, tapi silakan dijaga tinggi muka air tananhya. Kalau Anda punya kanal tolong disekat, gimana caranya tata air tanahnya diatur," pinta Andi.
Di dunia industri, APP Group mengungkapkan upayanya menjaga kelesatrian hutan. Deputy Director of Corporate Strategy & Relations APP Group, Iwan Setiawan menerangkan dalam pengelolaan hutan pihaknya telah membuat program Integrated Forrest Management Plan dalam upayanya melindungi hutan
"Jadi bagaimana, perencanaan kita dalam tata kelola hutan dalam satu tata kelola yang baik. Yang pertama protecting natural forrest jadi hutan yg masih bagus kita jaga," tutur Iwan.
APP Group sejak 2013 hanya memproduksi kertas dan bubur kertas yang berasal dari hutan tanaman.
"Kemudian ada juga Peatland Management. Ini di areal kelola gambut, bagaimana kita mengelola gambut ini harus benar-benar hati-hati semua mengikuti apa yang tadi peraturan yang sudah diberikan PKEG," jelas Iwan.
"Kemudian dari policy global supply chain bahwa kita hanya berasal dari hutan tanaman. Jadi produk-produk kita tidak ada yg berasal dari kayu hutan alam," imbuhnya.
Sementara dalam pengelolaan kawasan hutan lindung, Irwan mengatakan pihaknya mempunyai studi di awal sebelum melaksanakan operasional, sehingga bisnis bisa selaras dengan kelestarian hutan.
"Di situ kita lihat ada habitat penting, melindungi aliran sungai, kemudian ada situs, ada sumber daya alam yang dilakukan oleh masyarakat lokal itu kita protect di sana," paparnya.
Selain itu APP Group juga melaksanakan rehabilitasi, monitoring regenerasi alami, dan bekerja sama dengan lima balai konservasi dalam melindungi hewan penting di wilayah kerja seperti harimau, orang utan, dan gajah.
Sementara untuk pencegahan kebakaran lahan, APP Group membentuk tim khusus yang bertugas mengawasi hingga menanggulangi kebakaran serta membentuk program Desa Makmur Peduli Api yang menggerakkan masyarakat untuk berkontribusi dalam mencegah kebakaran hutan dan lahan.
(prf/ega)