Kesetaraan Gender: Perjuangan yang Belum Usai

6 days ago 21
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Ilustrasi perempuan kerja. ( Sumber : https://pixabay.com/id/ )

“Ah, perempuan kan ujung-ujungnya kembali ke dapur juga.” Kalimat yang awalnya terdengar seperti candaan dalam obrolan keluarga itu mendadak membuat suasana canggung. Ada yang tertawa kecil, ada yang memilih diam, dan ada pula yang tampak tak nyaman tapi tak berani menentang.

Di dunia digital, ada fenomena serupa. Komentar bernada merendahkan langsung mengalir ketika perempuan yang sukses menunjukkan kemampuan mereka atau mengambil peran penting. Seolah-olah perempuan selalu harus diragukan, diuji, dan dibandingkan dengan laki-laki. Selama bertahun-tahun, perjuangan untuk kesetaraan gender masih harus berhadapan dengan fakta bahwa stereotip dan bias lama masih ada dalam pembicaraan sehari-hari.

Teori gender sebagai konstruksi sosial dapat membantu menjelaskan ketidaksamaan ini dalam sosiologi. Ann Oakley, seorang sosiolog feminis, berpendapat bahwa perbedaan antara laki-laki dan perempuan tidak terutama bergantung pada kemampuan biologis mereka, tetapi lebih pada proses sosial yang menentukan apa yang "seharusnya" dilakukan oleh masing-masing gender. Masalahnya adalah ketika konstruksi gender yang bias ini menjadi kuat, ia dianggap sebagai kebenaran absolut daripada norma sosial.

Seringkali, orang menghakimi perempuan berdasarkan jenis kelaminnya, bukan pekerjaannya. Tempat publik yang seharusnya digunakan untuk menilai ide dan kemampuan berubah menjadi tempat untuk mempertahankan stereotip. Dalam situasi di mana gender diprioritaskan daripada kualitas, kesetaraan akhirnya hilang selama tahap wacana.

Untuk mencapai kesetaraan gender, tidak hanya diperlukan slogan dan peringatan Hari Perempuan. Ia juga membutuhkan perubahan perspektif, penghapusan stereotip, dan pemahaman bahwa nilai seseorang tidak didasarkan pada jenis kelaminnya. Kesetaraan gender akan tetap menjadi harapan ideal yang belum sepenuhnya menjadi kenyataan selama bias yang ada dalam masyarakat terus berlanjut.

Sebagai mahasiswa, saya telah menyaksikan secara langsung bagaimana bias gender terus-menerus hadir dalam lingkungan yang dianggap egaliter. Dalam kerja kelompok, saya pernah diabaikan karena dianggap "terlalu emosional" untuk dibahas. Meskipun demikian, rekan laki-laki yang mengatakan hal yang sama juga dipuji karena kritis. Dari pengalaman saya, saya belajar bahwa mencapai kesetaraan gender tidak hanya memerlukan peraturan atau kampanye besar, tetapi juga keberanian untuk menantang stereotip dalam kehidupan sehari-hari dengan tegas, tenang, dan tetap menghargai orang lain.

Menutup celah, bukan menambah jarak. Bukan masalah kemenangan atau ketidaksetaraan gender. Tujuan utamanya adalah memberi ruang bagi semua orang untuk berkembang tanpa dibatasi oleh label gender, karena perbedaan pengalaman antara laki-laki dan perempuan seharusnya menjadi alasan untuk berbagi empati dan solidaritas, bukan untuk menjatuhkan satu sama lain.

Apakah kita akan menggunakannya sebagai alasan untuk membatasi atau justru sebagai dasar untuk memahami satu sama lain? Menurut pendapat saya, jika kita terus membiarkan stereotip menguasai pemahaman kita tentang orang lain, kita tidak akan dapat membangun masyarakat yang lebih baik.

Pada akhirnya, perjuangan untuk kesetaraan gender adalah keberanian untuk menyadari bahwa kita semua dapat membuat dunia lebih adil jika kita bersedia memperlakukan setiap orang dengan adil. Selain itu, meskipun realitas yang mengerikan terus terjadi, masih ada kemungkinan perubahan selama kita terus berjuang untuknya.

Read Entire Article