Erin Rahmah Daniyah
Info Terkini | Tuesday, 20 Aug 2024, 15:34 WIB
Sejak dulu, banyak orang berpikir bahwa pria lebih sering punya dorongan seksual yang kuat dan lebih mungkin untuk berselingkuh. Stereotip ini membuat tindakan selingkuh pria sering kali dianggap sebagai hal yang “wajar” atau “normal” bagi mereka. Ini bisa membuat penilaian terhadap pria jadi lebih keras, sementara alasan yang lebih kompleks sering kali diabaikan.
Masyarakat sering memiliki ekspektasi yang berbeda untuk pria dan wanita. Pria diharapkan untuk menjadi pemimpin dalam hubungan, termasuk dalam hal kesetiaan. Jadi, jika seorang pria berselingkuh, itu bisa dianggap sebagai kegagalan besar. Sebaliknya, wanita mungkin dianggap lebih “dapat dimengerti” atau punya alasan yang lebih rumit untuk bertindak demikian.
Media sering menyoroti pria sebagai pelaku utama dalam perselingkuhan. Film dan berita sering menunjukkan pria sebagai penyebab utama masalah, sedangkan wanita lebih sering digambarkan sebagai korban atau tidak terlalu terlibat. Representasi seperti ini memperkuat anggapan bahwa pria lebih sering berselingkuh, meskipun kenyataannya bisa berbeda.
Dikutip dari lifestyle okezone, dalam kasus perselingkuhan pada pasangan menikah, pria sering dianggap sebagai pihak yang paling bersalah karena adanya stigma masyarakat yang cenderung menilai pria lebih sering melakukan perselingkuhan dibanding wanita. Menurut psikolog Drs. Lukman S. Sriamin, M.PSi., persepsi ini terbentuk karena masyarakat lebih mudah melihat wanita sebagai korban yang lemah. Namun, stigma ini tidak selalu mencerminkan kenyataan, karena perselingkuhan juga bisa dipicu oleh faktor dari pasangan wanita dan wanita pun bisa melakukan tindakan yang sama. Persepsi masyarakat terhadap perselingkuhan sangat bergantung pada pandangan mereka terhadap peran gender dalam hubungan.
Di banyak budaya dan agama, pria sering kali diberikan keleluasaan lebih dalam hal perilaku seksual. Hal ini bisa mempengaruhi bagaimana kita melihat dan menilai perselingkuhan. Pria mungkin dianggap lebih memiliki hak untuk bertindak demikian, sementara wanita diharapkan untuk lebih setia.
Menilai perselingkuhan hanya berdasarkan gender bisa membuat pandangan kita jadi sempit. Perselingkuhan melibatkan banyak faktor, dan penting untuk melihatnya dari berbagai sudut pandang, bukan hanya menyalahkan satu gender. Dengan pemahaman yang lebih seimbang, kita bisa lebih memahami penyebab dan dampak dari perselingkuhan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.